Puisi Esai L K Ara
HATIPENA.COM – Di Jakarta yang tak pernah tidur,
puisi tiba-tiba dipanggil ke meja rapat.
Bersama Menteri Ekraf,
ia diminta tampil lebih “produktif”,
lebih “komersial”,
lebih “marketable”.
“Puisi adalah warisan budaya,” katanya.
“Ia juga bisa jadi bagian dari ekonomi kreatif.”
Kata-kata pun berdandan,
memakai jas presentasi,
bersalaman dengan sponsor,
dan berdiri di panggung festival.
Namun diam-diam,
puisi rindu kembali ke tanah.
Ke suara ibu yang menggumamkan doa,
ke lorong-lorong gelap tempat penyair bertahan,
ke sunyi yang tak bisa dibayar dengan klik atau adsense.
Kami tidak menolak perubahan,
hanya berharap:
jika puisi harus berdagang,
jangan sampai ia kehilangan nurani.
Hari ini,
di Hari Puisi Nasional,
mari kita rayakan kata—
yang masih jujur,
yang tak lupa dari mana ia berasal.
Namun, bukankah kita semua tahu,
bahwa puisi lahir dari ruang yang tak terjangkau komodifikasi?
Dari sunyi yang hanya dapat didengar oleh jiwa yang telah lama berjalan,
dari suara yang tak terikat oleh aturan pasar.
Puisi bukan sekadar tentang kata yang dijual,
tapi tentang pesan yang melintasi waktu,
yang mengingatkan kita akan peradaban yang lebih bijaksana.
Jika harus berinteraksi dengan ekonomi,
mari biarkan puisi tetap menjadi penjaga nurani,
agar ia tidak hanya menjadi produk,
tapi tetap menjadi cermin bagi kehidupan yang lebih bermakna.
Karena puisi adalah kebebasan—
kebebasan dari batasan-batasan yang mengikat,
dan dalam kebebasan itulah ia menemukan keindahannya.
Jika kita mengizinkannya untuk berdagang,
pastikan ia tetap menjaga kejujurannya,
agar tidak hanya dihargai oleh pasar,
tapi juga oleh hati setiap orang yang mendengarnya.
Catatan Kaki:
- Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, dalam sambutannya pada Hari Puisi Nasional, menekankan pentingnya puisi sebagai bagian dari kebudayaan yang juga dapat memberikan nilai ekonomi kreatif bagi masyarakat, mendorong penerapan aspek komersial dalam dunia sastra.
- Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara seni dan ekonomi, serta mempertanyakan apakah kreativitas dan karya sastra masih bisa mempertahankan esensinya di tengah tekanan industri dan pasar.
- Hari Puisi Nasional, yang diperingati setiap 28 April, merupakan momentum untuk merayakan puisi sebagai bentuk ekspresi budaya yang tak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga potensi untuk mendukung ekonomi kreatif.