Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Allahu Akbar, Timnas Dipastikan Lolos Round 4

June 6, 2025 18:29
IMG-20250606-WA0084

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar


HATIPENA.COM – Tidur nyenyak tadi malam. China boleh unggul dalam hal dagang dan teknologi, tapi soal sepakbola, tunggu dulu. Kita lebih jago. Buktinya, si naga merah itu tersingkir. Squad Garuda malah dipastikan lolos round 4.

Kadang gedek juga komen netizen. “Lolos karena keberuntungan saja, karena penalti.” Hello…! Timnas menang pun dinyiyirin. Apa lagi keok, tak bisa dibayangkan dah. Erick Thohir pasti jadi amukan netizen. Bisa-bisa Prabowo pun ikut disasar. Lah, kok jadi curhat. Maaf, maklum eforia goyangan Ole Romeny.

Lalu, benarkah pasukan Patrick Kluivert lolos putaran keempat? Inilah yang mau saya bahas. Sambil melihat panitia kurban memotong sapi dan tak lupa segelas kopi tanpa gula, mari kita kupas kisah indah lolosnya Jay Idzes cs ke round 4.

Di bawah langit Gelora Bung Karno yang malam itu lebih sakral dari altar Majapahit, Timnas Indonesia melangkah ke ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tidak, ini bukan sekadar kemenangan. Ini adalah wayang kontemporer dengan naskah yang ditulis oleh kaki kanan Ole Romeny dan disutradarai oleh wasit yang akhirnya tidak buta sebelah.

Ketika Ole mengeksekusi penalti, waktu sempat berhenti. Bahkan burung gagak yang biasanya nongkrong di tribun utara mendadak berzikir. Bola meluncur ke gawang China seperti keris Kyai Nagasasra menembus jantung naga. 1-0. Rakyat bersorak. Para filsuf sepak bola mengelus dada, antara kagum dan takut bahwa dunia benar-benar sudah gila.

Apa makna kemenangan ini? Apakah sekadar angka? Oh tidak, wak. Ini ekspresi eksistensial kolektif dari bangsa yang terlalu sering dicandai takdir. Indonesia lolos bukan karena taktik, bukan karena skill, tapi karena alam semesta bosan melihat kita jadi meme tiap tahun.

Bayangkan! Bahrain kalah dari Arab Saudi. China pulang dengan wajah seperti habis makan pare mentah. Indonesia? Bangkit seperti pendekar silat yang selama ini dikurung dalam gua konten TikTok.

Kini, squad Garuda akan masuk ke dalam Gelanggang Laga Nasib, melawan tim-tim dari Timur Tengah. Kita bicara soal negara-negara dengan stadion ber-AC, pemain yang digaji setara APBD provinsi, dan pelatih yang kalau marah, langsung didatangi Pangeran.

Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab. Nama-nama itu terdengar seperti jurus-jurus silat langit. Jurus UEA menyusup angin timur. Tendangan Qatar kaki seribu. Pukulan Arab Saudi membelah realita.

Lalu kita Indonesia? Masih dengan formasi 3-5-2 semoga tidak kebobolan, doa ibu-ibu PKK, dan komentator yang menyebut semua bola lambung sebagai “umpan manja”

Di ronde 4 nanti, tim akan dibagi jadi dua grup. Juara grup langsung lolos ke Piala Dunia. Runner-up akan menjalani playoff antarzona, semacam uji nyali lintas dimensi. Format ini mengandung filsafat, kalau mau sampai, kau harus nyasar dulu.

Indonesia satu-satunya wakil ASEAN. Seperti pendekar terakhir dari perguruan yang nyaris punah. Sementara Malaysia masih bersedih dikalahkan Tanjung Verde, Thailand sedang diplonco Madam Phang dan Vietnam? Mereka meratapi nasib akibat nyinyir “Indonesia rasa Belanda.”

Laga akan digelar di Qatar dan Arab Saudi. Tempat-tempat lebih mirip katalog hotel bintang tujuh dari stadion bola. Sementara kita? Berdoa agar pemain tidak kena jet lag.

Tiga laga menentukan nasib. Laga krusial itu pada tanggal 8, 11, dan 14 Oktober 2025. Tiga tanggal sakral yang akan masuk kurikulum sejarah nasional kalau Indonesia bisa lolos. Kalau tidak? Ya, minimal bisa buat konten YouTube “Perjuangan Tak Terlupakan Mesti Gagal ke Pildun.”

Kita tidak tahu apakah akan lolos. Tapi malam 5 Juni 2025 telah menandai bahwa Garuda bukan lagi tim penggembira, melainkan penantang takdir. Jika benar sejarah ditulis oleh para pemenang, maka malam itu Indonesia telah mencuri sepotong pena dari tangan dewa sepak bola Asia, dan menulis namanya sendiri,ndengan tinta darah naga dan air mata suporter yang selama ini setia meski sering disakiti.

Oktober nanti kita tunggu. Di bulan itulah nasib Timnas ditentukan, lolos atau tidak ke Pildun. Yakin lolos tanpa playoff. (*)

#Camanewak