Puisi Muliaty Mastura Yusuf
Waktu bergulir cepat
Berpacu, berlari, berkejaran sepanjang napas
Menerobos ruang demi ruang, sempit dan menukik hingga tiba di halte
Di halte itu, tempat biasa aku menunggu
Samping kiri, kanan, tak saling menyapa
Semua sibuk dengan telepon genggam
Aku ingin menyapa
Tapi masih sibuk dan menyibukkan diri
Tanyaku, dia menunggu siapa?
Apa menunggu jemputan?
Aku hanya sibuk bertanya dalam hati
Dia anak direktur
Masih di halte
Masih asyik dengan gadgetnya
Yang lain sudah pergi
Datang silih berganti
Naik angkutan umum mikrolet tua
Turun dari angkutan online dan menumpang angkutan umum
Di halte
Aku menghabiskan waktu dua jam
Memerhatikan aktivitas naik turun angkutan
Ini bukan profesi baruku,
bukan dengan sengaja aku di halte berjam-jam
Sebab, di halte itu, aku pun menunggu jemputan yang tak pasti
Kesibukan di halte
Memerhatikan manusia-manusia tanpa suara
Diam, bisu, dan cuek
Hanya menghabiskan waktu dalam menunggu hingga matahari nyaris terbenam
Di halte
Seperti menyembunyikan status yang rumit
Tenggelam bersama deru mikrolet usang bermandikan asap
Masih di halte
Memandang lalu-lalang kendaraan dari berbagai kelas
Menanti asa
Menghapus habit gadget tak urgen
Di ujung waktu tak jelas
Apakah esok, masih menunggu di halte? (*)
Makassar, Sabtu 7 Juni 2025