Oleh Anto Narasoma
HATIPENA.COM – Setengah bulan sebelum berangkat ke Padang, Sumatera Barat, saya dikabari sahabat dari Surabaya bahwa dia akan membukukan kumpulan puisinya.
Saya gembira mendengar itu. Sebab penyair Yusuf Ahmad yang sebelumnya hanya menulis beberapa puisinya, ternyata mampu menghimpun puisi-puisinya.
“Bang Anto, kumpulan puisiku akan segera dicetak. Segala masukan dan informasi estetika yang abang limpahkan itu, saya refleksikan bagi keutuhan antologi yang akan dicetak,” ujar Yusuf Ahmad melalui HP-nya.
Penyair Surabaya itu sekaligus meminta saya untuk memberikan resensi ke dalam kata pengantarnya. “Tolong berikan resensinya, ya, Bang?” tukas Yusuf.
Akhirnya, empat hari setelah permintaan itu saya kirim lewat WhatApps. Resensi (kata pengantar) yang saya tulis sengaja digali secara mendalam. Karena banyak konotasi yang perlu saya pahami secara estetik.
Menurut saya, penyair dari Surabaya ini sangat piawai memilih dan memilah kata yang tepat secara estetis. Ia juga sangat pandai memanfaatkan teknologi artificial intelligence yang bersentuhan dengan masa depan kehidupan manusia.
Sebagai seorang pendidik, Yusuf sangat tepat menetapkan larik-larik puisinya yang diperkuat dengan nilai-nilai spiritual dan filosofi kehidupan. (bersambung)