HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Reaksi Vietnam Usai Diremukkan Malaysia 4-0

June 12, 2025 20:08
IMG-20250612-WA0068

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar


HATIPENA.COM – Timnas Malaysia sudah saya buatkan narasinya. Pakcik dan Makcik di sana banyak terima kasih ke saya. Thailand juga sudah. Cuma, tak ada Jirayut kasih komen, faktor bahasa kali. Kali ini giliran Vietnam, yang juga bestie kita, wak! Tak ada Nguyen, ibarat makan tanpa rendang.

Vietnam dibantai oleh Malaysia, empat gol tanpa balas. Ini bukan sekadar pertandingan. Ini adalah opera berdarah, tragedi Yunani yang disutradarai oleh dewa sepak bola yang sedang tidak punya belas kasihan. Tulisan saya tentang kehebatan Harimau Malaya ini sudah dibaca 103,6K. Syabas buat jiran.

Empat gol yang bersarang di gawang Vietnam. Angka yang terdengar seperti jumlah kaki meja. Tapi, malam itu menjadi jumlah mimpi yang ditikam tanpa ampun. Negeri Datok Anwar Ibrahim ini, kini berubah menjadi titan sepak bola. Lengkap dengan pemain-pemain naturalisasi yang seolah-olah direkrut dari Olimpus. Vietnam, yang mengusung harapan satu bangsa, datang dengan tekad membara tapi pulang dengan wajah pucat dan tatapan kosong. Ya, seperti tokoh utama drama Korea yang baru saja ditinggal pacarnya kawin dengan sahabatnya sendiri.

Kim Sang-sik, pelatih yang sebelumnya diharapkan membawa filosofi Asia Timur nan presisi, tiba-tiba berubah jadi filsuf absurd. Dalam konferensi pers usai pertandingan, beliau dengan berani meminta maaf. Tapi permintaan maaf itu bukan seperti minta maaf karena lupa bawa oleh-oleh. Ini adalah permintaan maaf seorang kapten kapal Titanic yang dengan jujur mengakui bahwa dia yang salah memarkir. Ia mengatakan, “Kami tak bisa mengimbangi permainan Malaysia.” Sebuah pengakuan jujur yang terasa seperti pedang katana, tajam, dalam, dan bikin netizen menangis di kolom komentar.

Pelatih asal negeri ehem Nohran itu, juga mempermasalahkan sinar laser dari penonton Malaysia. Sorotan hijau yang meluncur ke wajah pemain Vietnam membuat media Vietnam kalang kabut. Lalu, menyebutnya sebagai “isu lama yang kembali menghantui.” Oh laser, cahaya setan yang selalu muncul saat Malaysia bermain penting di kandang. Bukankah ini hanya pertandingan bola? Ini pertempuran antar galaksi! Vietnam, sayangnya, lupa membawa tameng vibranium.

Kini Vietnam duduk di peringkat kedua Grup F. Hanya tiga poin dari dua laga. Negeri Upin Ipin? Enam poin, berdiri gagah di puncak klasemen seperti naga emas yang baru bangkit dari hibernasi. Karena hanya juara grup yang lolos otomatis, posisi Vietnam ibarat penonton bioskop tanpa tiket, bisa masuk kalau ada yang batal. Untuk mengejar, mereka harus mengalahkan Malaysia di laga balasan tahun depan dengan selisih minimal empat atau lima gol. Lima gol! Itu bukan laga, itu misi penyelamatan Marvel Cinematic Universe.

Vietnam kini harus berharap Malaysia terpeleset melawan Laos atau Nepal. Ya, Nepal. Negeri yang lebih terkenal karena Himalaya dari hasil sepak bolanya. Tapi dalam dunia bola, segalanya mungkin. Bahkan Messi pun pernah dikalahkan oleh Arab Saudi. Maka tak ada yang mustahil… kecuali Vietnam menang lima gol. Mungkin.

Media Vietnam menyebut ini “jalan terjal yang nyaris mustahil.” Tapi bukankah semua jalan menuju keagungan memang harus melalui jurang kehancuran dulu? Netizen menyebut kekalahan ini “pukulan terbesar satu dekade terakhir,” padahal satu dekade terakhir sudah penuh dengan trauma sepak bola. Ini artinya, kekalahan 0-4 ini adalah kekalahan puncak. Kekalahan dalam bentuk termurni. Kekalahan yang layak diabadikan di museum nasional.

Dari semua ini, kita belajar satu hal. Vietnam mungkin kalah. Tapi mereka kalah dengan gaya. Kalah dengan dramatisme opera. Kalah dengan tinta sejarah. Kekalahan seperti itu, walau pahit, jauh lebih abadi dari kemenangan satu gol yang dilupakan minggu depan.

Maka, bangkitlah Vietnam. Sebab dari reruntuhan tragedi, biasanya lahir pahlawan. Atau setidaknya, lahir meme yang akan dikenang sampai pemilu berikutnya. (*)

#camanewak