Fiksi Mini (1)
Oleh Gunawan Trihantoro
HATIPENA.COM – Di meja reyot itu, kutatap brosur fakultas kedokteran yang warnanya sudah pudar.
Tanganku gemetar, membayangkan biaya yang tak terhitung.
Kupandangi ibu, yang masih menjahit kebaya lamanya.
Kupandangi ayah, yang baru pulang dengan peluh menetes dari dahinya.
“Apa mimpi anakmu terlalu mahal, Yah?” bisikku pelan.
Ayah hanya tertawa kecil.
“Tak ada mimpi yang terlalu mahal,” katanya, menggenggam tanganku.
“Selama kita masih berani bermimpi… dan berdoa.”
Dan malam itu, aku tidur sambil membayangkan jubah putih.
Masih jauh, tapi kini terasa mungkin. (*)