Puisi Lily Yovita
Mentari telah lama mengundurkan diri
Namun langkah tegapnya masih menapak
Malam makin sunyi, derapnya makin pasti
Angka demi angka terhitung dengan cermat,
detil tanpa cela
Seruan Illahi telah lama berkumandang
Tak jua dihiraukan
Inspirasi semakin tinggi, jeda sedetik, buyar…takkan kembali
Di tengah kerlipan bintang dan biasan cahaya rembulan,
idenya makin cemerlang.
Saat fajar menampakkan diri
dia terlena karena raga tak lagi kuasa
Alunan lantang suara azan, bagai lalu dalam mimpi.
Hari telah berganti
Mentari mulai menampakkan diri.
Budak kerja bangkit kembali
Ada semangat dalam setiap langkah
Seribu harap dalam setiap helaan nafasnya
Tapi saat panggilan Illahi diserukan kembali
Kaki tiada berdaya memenuhi janji yang terpatri
Telinganya serasa tuli, mulut terasa terkunci
Sekeping hati berteriak berontak
namun
bisikan syetan terasa merdu merayu
ah… masih ada waktu
Setiap detik adalah uang
Sayang jika terbuang
Teruskan…teruskanlah
Bukankah Tuhanmu Maha Penyayang?
Di penghujung siang
Bayangan mulai memanjang,
Panggilan itu kembali berkumandang
Si budak kerja masih sibuk lalu lalang
Tak ada sesal tuk pertemuan yang telah hilang
Lembayung mulai memberi pertanda
Aku akan pergi, tidak ingatkah kau tuk sejenak menyapa?
Dia menjawab
Maafkan, aku dalam perjalanan
Tidak sempat mampir menyapaMu
Walau hati berteriak berontak
Tapi
Pembenaran dari si perayu abadi
Membuat panggilan ini tak lagi punya arti
Hingga malam makin sunyi
Panggilan itu kembali menyentuh hati yang telah berjanji
Namun
Tubuh letih berbaring tak peduli
Dan di malam yang makin sunyi
Hari pun berlalu tanpa arti
Rotasi waktu begitu cepat
Panggilan itu tak lagi jadi khidmat
Sekeping hati kini telah gersang
Tak sanggup lagi berontak garang
Kesucian hati kini telah terkikis
oleh barisan dosa yang tertulis
Padang, 27 Desember 2024