anto narasoma
1)
daun telinga mereka pun terbang-terbang satu satu, setelah marwah kemerdekaan ini tiba dalam ketulian yang tak peduli air mata rakyat
hanya cekakak cekikik menyambut kebijakan ketika posisi rakyat hanya pelengkap penderita dalam suasana kemerdekaan yang terjajah kebijakan
haruskah kebodohan
di antara orang-orang pandai menjilat dan menyembunyikan hasil korupsi itu kian menjerumuskan konsep kemerdekaan sebatas kata-kata?
2)
delapan puluh tahun
suara kemerdekaan itu tiba dalam hiruk-pikuknya kebijakan yang menggunung
di pundak rakyat
hanya cekakak cekikik
yang membolak-balikkan kebijakan bagi orang-orang bawahan, jauh dari areal pertambangan
yang penuh intrik persekongkolan dari merah birunya keuangan negeri tai kucing
lapisan tahun rakyat
tak punya kerjaan,
hanya cekakak cekikik yang diam-diam menimbun hasil korupsi
dari tambang ke tambang
3)
nasib rekening yang kelaparan di dompet pekerja harian,
harus lenget karena kecurigaan
lahan orang-orang desa yang tak punya pekerjaan harus pamit ke tangan pemerintah
aduh,
inikah negeri kaya
yang kaya kebohongan?
lalu,
adakah kepedulian negeri konoha atas nasib orang-orang yang kerap kali tumbang dalam persaingan panjang pencarian sebutir pekerjaan pengisi perut rakyatnya mendapat perhatian? (*)
Palembang, 16 Agustus 2025