Novita Sari Yahya
HATIPENA.COM – Teriakan Tan Malaka, “Merdeka 100 persen!”
Pemuda menjawab, “Merdeka atau mati!”
Tuan rumah takkan berkompromi dengan penjajah yang merusak.
Merdeka 100 persen, harga mati yang tak bisa ditawar.
Berpikir etis dan logis, kompromi dan diplomasi.
Di awal kemerdekaan, setelah 350 tahun terjajah.
Jalan diplomasi, kompromi, atau gerilya ditempuh.
Untuk proklamasi kemerdekaan yang bersejarah.
Teriakan Tan Malaka “100 persen” bergema
Dalam gelora api dan semangat bangsa merdeka Indonesia.
80 tahun kemerdekaan, apakah kita sudah merdeka 100 persen?
Aktivis berteriak lantang, “Kemerdekaan untuk siapa?”
Merdeka bukan sekadar teriakan Wiji Thukul.
Tentang perut siapa yang kenyang dan yang lapar.
Merdeka membangun kebangsaan Indonesia terhormat,
Kebangsaan Indonesia terhormat, atau Indonesier penuh harga diri.
Pidato Jahja Datoek Kajo di Sidang Volksraad
Mengelegarkan tembok kolonialisme Belanda.
Hari ini, pidato pembelaan rakyat berubah.
Menjadi joget kenaikan gaji dan tunjangan dewan terhormat.
Apa beda merdeka dan kolonialisme.
Jika pajak naik dan menjadi beban rakyat?.
Sejarah VOC mencatat kebangkrutan karena korupsi.
Padahal menjajah daerah kaya selama 350 tahun.
Sejarah terus berulang dalam cerita yang sama, di waktu yang berbeda. Sejarah terulang karena manusia.
Merdeka tidak belajar dari kesalahan sejarah.
Merdeka bukan sekadar persoalan isi perutmu, tapi kebanggaan menjadi Indonesia terhormat.
Indonesia terhormat yang hidup dengan cita-cita dan nation karakter.
Nation karakter utama,
sesuai antara ucapan, pemikiran, dan tindakanmu. (*)
Bogor, 21 Agustus 2025
Kegiatan sehari-hari penulis dan peneliti.
Penulis buku:
- Romansa Cinta
- Padusi: Alam Takambang Jadi Guru
- Novita & Kebangsaan
- Makna di Setiap Rasa (antologi 100 puisi bersertifikat lomba nasional dan internasional)
- Siluet Cinta, Pelangi Rindu
- Self Love: Rumah Perlindungan Diri
Kontak pembelian buku: 089520018812
Instagram: @novita.kebangsaan