Novita Sari Yahya
Penulis/ Peneliti
HATIPENA.COM – Saya berkegiatan di komunitas gerakan literasi yang pengurus dan anggotanya menerapkan gaya hidup minimalis dan sederhana.
Pemaparan tentang gaya hidup minimalis oleh beberapa pengurus dari komunitas yang mengeluarkan buku tentang gaya hidup minimalis mereka.
Saya tergerak menuliskan tulisan dengan judul Gerakan Hidup Minimalis Untuk Pelestarian Lingkungan dan Kesederhanaan setelah mendengarkan pemaparan buku gaya hidup mininmalis.
Gerakan Hidup Minimalis Untuk Pelestarian Lingkungan dan Kesederhanaan menjadi tema tulisan saya karena mengamati tentang penyeludupan pakaian impor bekas dan juga kecemdrungan berbelanja pakaian untuk memenuhi gaya hidup hedonis.
Pertanyaan yang memenuhi pemikiran saya adalah.
1. Apakah fashion menunjukan kualitas dan branding penampilan terhadap seseorang.
2. Apakah kebutuhan kita akan pakaian atau fashion di wujudkan dengan mengkoleksi pakaian dalam jumlah yang berlemari-lemari yang mungkin hanya satu atau dua kali pakai kemudian di pajang di lemari.
3. Apakah gaya hidup pencinta fashion merupakan salah satu faktor penyebab pencemaran lingkungan.
Pakaian Bekas Impor di Indonesia
Pakaian bekas impor berdasarkan data BPS 26,2 ton pada tahun 2022.
Sumber menyebutkan impor ilegal tetap marak meskipun ada larangan, dengan penyelundupan belasan ribu bal pakaian bekas dari China, Jepang, dan Korea Selatan pada 2024–2025.
Pemerintah Indonesia telah melarang impor pakaian bekas sejak 2015 melalui Permendag Nomor 51/2015, yang diperkuat oleh Permendag Nomor 18/2021 dan Nomor 40/2022. Penegakan hukum terus dilakukan.
Peningkatan penegakan hukum didukung oleh laporan p penyelundupan oleh Bea Cukai (2,584 kali pada 2024-2025, dengan nilai barang Rp 49,44 miliar).
Dampak Limbah Tekstil dari Pakaian Bekas
Sekitar 10 persen pakaian bekas impor dalam setiap bal dianggap “reject” atau tidak layak pakai, yang berakhir sebagai sampah.
Llimbah tekstil dari pakaian bekas impor berkontribusi signifikan terhadap sampah nasional. Data KLHK menyebutkan limbah tekstil menyumbang 2,5–2,6 persen dari total sampah nasional pada 2022–2024 (sekitar 487.700–873.000 ton per tahun), dengan hanya 0,3 juta ton yang didaur ulang.
Upaya Pengendalian Impor Pakaian Bekas
- Pemerintah melarang impor pakaian bekas.
- Perusahaan seperti H&M melakukan inisiatif daur. Secara global, H&M dikenal memiliki program pengumpulan pakaian bekas untuk didaur ulang atau digunakan kembali.
- PBB menyarankan penggunaan bahan ramah lingkungan.
Penjelasan dampak pakaian terutama pakaian sintetis terhadap pencemaran lingkungan
Dampak Pakaian Sintetis terhadap Lingkungan
Pakaian sintetis seperti poliester, nilon, dan akrilik memiliki dampak besar terhadap lingkungan karena proses dekomposisi yang lama dan pelepasan mikroplastik.
Dekomposisi Pakaian Sintetis:
- Waktu dekomposisi 30-200 tahun, tergantung pada jenis bahan dan kondisi lingkungan. ( sumber: Evironmental Science & Technology, 2020 )
- Proses fotodegradasi dan oksidasi menyebabkan pakaian sintetis terpecah menjadi mikroplastik.
Pelepasan Mikroplastik:
- Mikroplastik dilepaskan selama pencucian pakaian sintetis dan dapat mencapai lingkungan melalui limbah air. (Sumber : Marine Pollution Bulletin, 2016).
- Sistem pengolahan air limbah sering tidak mampu menyaring mikroplastik, sehingga mikroplastik mengalir ke sungai, danau, dan laut Masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi makanan laut. (Sumber : Science Advances, 2020).
Dampak Pencemaran Mikroplastik:
- Mikroplastik dapat masuk ke rantai makanan melalui organisme laut dan berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. (Sumber : Science Advances, 2020).
- Mikroplastik juga menyebar melalui udara dan tanah, mengganggu kesuburan tanah dan kesehatan ekosistem.
Solusi:
- Pilih bahan ramah lingkungan seperti katun organik atau linen.
- Kurangi pencucian pakaian sintetis dan gunakan filter mikroplastik pada mesin cuci. Filter pencucian mikroplastik terbujti mengurangi polusi mikroplastik hingga 80 persen dalam beberapa penelitian. (Sumber Nature Sustainability, 2021)
- Dukung merek yang menggunakan bahan ramah lingkungan dan praktik daur ulang pakaian.
Dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah-langkah kecil, kita dapat mengurangi dampak negatif pakaian sintetis terhadap lingkungan.
Pola hidup sederhana dengan gaya hidup minimalis.
Pilhan gaya hidup glamour dan kecendrungan hedonis dengan penampilan ternyata membawa konsekwensi negatif baik terhadap perilaku menghamburkan uang untuk penampilan dan bahaya pencemaran lingkungan.
Langkah yang paling bijak adalah bergaya hidup minimalis dengan merubah pola hidup konsumtif dengan penampilan termasuk berpakian dengan kesederhanaan.
Saya memikirkan tentang gaya hidup pendiri bangsa sepeerti Muhammad Natsir, Bung Hatta dan H. Agus Salim yang memilih gaya hidup sederhana
Menjaga lingkungan dari pencemaran produk fashion adalah dengan menerapkam gaya hidup sederhana dalam berpakaian. Alokasi dana di alihkan untuk membeli buku sebagai gaya hidup.
Pilihan yang cerdas terutama bagi perempuan Indonesia yang berpikir adalah mengalokasikan uang untuk menambah wawasan agar lebih cerdas dengan membeli buku dan mengkoleksi buku.
Marilah menjadi manusia yang berpikir dan menerapkan gaya hidup sederhama untuk tetap menjaga lingkungan yang substainable. (*)