Review Buku Biografi Karya Daryanto
Oleh: Nurul Jannah
HATIPENA.COM – Buku biografi ini ibarat sebuah kompas nurani: penuntun yang menunjukkan arah bagaimana seorang manusia tetap tegak menjaga harga diri di tengah derasnya arus realitas yang kerap mencoba menawarnya.
Daryanto menulis dengan nafas yang tenang namun menghantam: kalimatnya bersih, alurnya runut, tetapi di sela-selanya menyala bara keberanian seorang dokter yang menempatkan kemanusiaan di atas segala perhitungan.
Muasal: Akar yang Menolak Patah
Kisah berangkat dari tanah Sumatera Barat yang meneteskan darah perlawanan ke nadi sejarah. Dari rumah yang membesarkan disiplin tanpa mematahkan kelembutan, dari sosok ayah pejuang dan ibu yang tabah, dari bangku Taman Siswa yang menanamkan nasionalisme, sampai jejak masa kecil yang sempat menyaksikan sang Proklamator di pembuangan: semua menjadi muasal karakter: jujur, teguh, tidak mengambil yang bukan hak.
Di sini Daryanto membuat kita paham bahwa integritas bukan mata air yang tiba-tiba memancar; ia benih yang lama disiram doa, teladan, dan rasa malu pada kebohongan.
Memupuk Integritas: Pilihan Sunyi yang Diulang
Memasuki masa belajar tinggi, buku mengencangkan ritme. Integritas tak dipamerkan, ia dibuktikan: memilih kampus karena alasan kebangsaan; menolak jalan pintas ketika sistem mempersilakan; memegang data apa adanya saat angka minta dipoles.
Daryanto tidak menjejalkan petuah: ia menaruh pembaca di persimpangan-persimpangan kecil yang berulang; di situlah harga diri diputuskan. Kita diajak merasakan bahwa yang “mudah” kerap tak “tepat”, dan yang “tepat” memang jarang mudah.
Mengembangkan Integritas: Dari Sikap Menjadi Sistem
Bagian ini menumbuhkan prinsip menjadi sebuah ekosistem.
Disiplin pribadi meluas menjadi budaya kerja: mengatur pengetahuan agar adil diakses, merapikan prosedur supaya benar itu mungkin bagi semua, menegakkan standar tanpa merendahkan martabat. Inisiatif menyusun diktat, membagi peran, mengajar yang tertinggal sampai lulus: semuanya mengubah integritas dari “aku harus jujur” menjadi “tempatku bekerja harus jujur.”
Daryanto menulisnya jernih dan efektif; kita melihat integritas bergerak: tidak lagi diam di dada, melainkan bekerja di meja.
Buah Integritas: Kepercayaan yang Tumbuh, Bukan Dicari
Hasilnya datang tanpa dikejar: reputasi yang lahir dari konsistensi, kepercayaan pasien yang merasa aman, rekan kerja yang ikut berbenah karena melihat teladan, kebijakan kecil yang diam-diam menyelamatkan banyak. Di sini buku terasa paling menghantam: ternyata “hasil” paling mahal adalah tenangnya hati dan tegaknya nama, dua hal yang tidak bisa dibeli oleh pintasan apa pun.
Daryanto menahan diri dari dramatisasi; ia membiarkan konsekuensi berbicara.
Bunga Integritas: Harum yang Menjalar
Pada halaman-halaman terakhir, integritas tidak hanya kokoh; ia mewangi.
Pengaruhnya menjalar ke ruang-ruang yang tak disangka: cara tim berdiskusi, cara murid menyiapkan masa depan, cara keluarga memelihara marwah. Bunga ini bukan dekorasi; ia tanda bahwa pohon bertahun-tahun dirawat. Daryanto menutup dengan nada yang bening: seperti doa yang tidak lantang namun mengguncang: reputasi bukan tujuan, ia merupakan konsekuensi dari kerja yang benar, lama, dan sabar.
Mengapa Buku Ini Menggetarkan?
Runut dan menghantam. Lima bab, mulai dari Muasal, Memupuk Integritas, Mengembangkan Integritas, Buah Integritas hingga Bunga Integritas; membentuk kurva, menumbuhkan karakter dengan jelas.
Iramanya naik perlahan, tekanan batinnya terasa, dan klimaksnya tidak dibuat-buat.
Humanis; tanpa menggurui. Daryanto memotret manusia yang bisa lelah, bisa takut, namun memilih berdiri lagi di sisi yang benar.
Bahasa yang mengalir. Diksi presisi; tajam saat menegakkan batas, teduh ketika merawat luka. Pembaca nyaris tidak sadar kapan ia diajak merenungi pilihan-pilihannya sendiri.
Relevan lintas profesi.
Meski berbingkai dunia kedokteran, inti pesannya milik siapa saja yang bekerja dengan publik: guru, peneliti, birokrat, wirausaha.
Untuk Siapa Buku Ini?
Untuk tenaga kesehatan yang ingin mengingat sebab mula; untuk mahasiswa yang sedang menyiapkan cara berdiri; untuk pemimpin unit yang lelah pada kompromi: buku ini bukan hanya bacaan, melainkan penopang punggung.
Refleksi Diri
Integritas Seorang Dokter; Perjalanan Hidup dr. Salman, SKM adalah biografi yang bekerja seperti cermin dan kompas sekaligus.
Ia mengajarkan bahwa gelar hanyalah pagar: rumahnya adalah integritas. Menutup halaman terakhir, dorongan yang tertinggal sederhana namun tegas: jadilah lebih jujur dari kemarin. Karena mudah bisa menipu, tetapi benar; sekali kau pilih; akan menjaga namamu lama setelah lampu padam. (*)
Bogor, 2 September 2025