anto narasoma
kang acil,
sendiri kau pergi
membawa lagu-lagu
di benakku yang mencair ke dalam syair dan nada-nada kenangan
dari balik syair yang kau catat selama tembang itu berkumandang dari legenda ke legenda masa lalu, pikiran dan kata hatiku mengumbar doa ; sujudlah ke altar pertemuanmu kepada-Nya
tatkala janji kepergian itu tiba ke jalan panjang atas janji terakhir,
lagu sendiri tak menganjurkan untuk berpasrah tanpa nada-nada amalmu
sebab,
dari syair dan ritme lagu yang menyatu ke balik instrumen kematian, menetapkan pertanyaan anak kepada bapaknya
o, begitu syahdu
dari kata ke kata
yang menuntun suaramu mendebarkan
instrumen musik sakral, ketika ritme janji kematianmu menanti di sepanjang waktu
lalu,
siapa yang melagukan
nada-nada sakral seluas sajadah panjang,
ketika kau terlelap
ke dalam pelukan ajal? (*)
Palembang, 4 September 2025