HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Manini; The Real Srikandi Sinto Gendeng

September 30, 2025 15:06
IMG_20250930_150225

(Sebuah Kenangan untuk Pipiet Senja)

Oleh: Shintalya Azis

HATIPENA.COM – “Neng, dirimu kujadikan editor ya. Kunti deh kamu.”
“Ku…Kunti? Maksudnya apa Manini? Kok serem gitu?”

“Bukannnnn…itu singkatan tekun dan teliti hahaha…habisan dirimu ngingetin diriku terus. Untung ada kamu. Udah, coba cek itu naskah si ‘…’ Bingung deh, semaunya saja. Kadang dia cerita seperti dirinya, kadang seperti pihak ketiga. Ini yang paling sulit dibandingkan yang lain. Kamu lihatin titik komanya ya. Cek lagi judul-judulnya, pengulangan kata. Cari kutu dah.”

“Siap Manini, terimakasih sudah kasih guidance.”Ya udah, pijetan dulu wkwkkw”

“Dilarang pijetan atuh neng. Saya mah banyak bekas operasi”

“Lha, terus klo pegel, piye? Dibalurin minyak kayu putih? Pake koyo? Atau dikerokin atau dielus2 saja? Sini, ta’gosok-gosok pelan-pelan.”

“Dibalur salep lumban dan koyo panas. Dikerok gak boleh kan Thallasemia dan DM bisa pendarahan.”

“Oh iya. Huhuhu….Manini sayang, dirimu the icon of the Tallessemia. Seandainya dulu ketemu Manini lebih cepat, saat adik-adik saya masih bertahan transfusi dari bulan ke bulan. Ah sudahlah, segini aja sudah terimakasih banget ketemu sama Manini. Love you Manini, ganba”Neng, cek emailnya…”

“Oya lupa tanggal pembuatan surat di bagian bawah, tolong dituliskan ya
Jakarta, 22 Juli 2025″

“Ok. Bentar ya Manini”

“Tadi minta bantuan Nurul katanya gak punya Kop Surat. Dia bilang minta bantuan Shintalya saja hehe…”

“Manini, kita pake Komunitas Literasi Pipiet Senja?Jadi bisa lebih fleksibel.”
“Belum ada. Silahkan saja. Tapi saya punya Kop Surat Pipiet Senja Publishing House. “Neng….”

“Ya Manini? Ngedrakuli ya?”
“Kok tahu hehehehe…udah kenal banget yak.”

“Lha sampeyan seperti itu, berarti sedang ta’berdaya, baringan doang, ngeliatin tetes demi tetes darah masuk ke tubuhmu. Rasanya gemes, kepengen cepet kembali ke laptop. Tapi apa daya, hanya tangan sebelah yang bebas, jadinya cuma megang handphone doang kannn??? Wkwkwk…”

“Nulis yang banyak ya, trus diaplot ke web gitu, biar banyak dikenal. Murah itu, cuma berapa, waktu itu, 250 ribu doang.”

“Siap Manini sayang, kalau loadnya saya sudah mendingan akan saya upload semua naskah saya di lepitepi ini.”

“Apaan tuh? Lep apa?”

“Hihihihi… Lepitepi alias laptop”

“Ah ada-ada saja anak muda sekarang.”
“Hadeuh Manini, saya sudah tidak muda lagi. Anak-anakku gadis-gadis semua. Kan kemaren itu Manini lihat sendiri, sudah kenalan dan putu-putu.”

“Iya gak apa-apa, saya lihatnya masih muda aja.”

“Baiklah terserah Manini dah. Eniwei Butet sedang kemana? Hebat nih Manini, cucu sudah gede, Manini masih energik begini, gentayangan neror nulis wkwkkw”

“Butet belum pulang, masih miting katanya. Alhamdulillah punya 2 anak lengkap. Allah Maha Adil, mereka sehat-sehat, tamat S-2 UI semua, lha emaknya ijazah SMP. Rugi tuh si batbat ninggalin anak-anak berbakti”

“Lho katanya sudah lupain, kok masih teringat? Kangen yaaa hahahaha.”
“Yee…nggak sudi”

Begitulah sekelumit cerita bersamanya. Sang maestro kata, dari obrolan ringan, canda tawa sampai kepada wejangan serius tentang literasi.

Yang awalnya kupanggil beliau dengan bunda, lanjut menjadi Manini – biar sama kayak cucu saya- katanya.

Berawal saat diriku menjadi narasumber bedah buku Antologi Pensiun Bukan Akhir Segalanya, tercetus sebuah nama yang selama ini kucari: Pipiet Senja.

Seorang teman memberikan nomor kontaknya dan berhasil kuhubungi.
Beliau, nama besar tersebut ternyata menyimpan selaksa cerita. Sejak saat itu, hubungan kami unstoppable. Bersama para Srikandi lainnya, kami bukan hanya mengagumi tapi juga menjadi mentee beliau di dalam dunia literasi.

Bersamanya kami diajak berkelana dari satu titik ke titik berikutnya. Masuk dalam jagat raya penulisan, berkenalan dengan para pendekar sakti dan para suhu hingga terdampar pada pusatnya literasi; PDS HB Jassin.

Cerita tentang dirinya tidak akan ada habisnya. Akan ada banyak sequel; tampak benih kebaikan yang disebarkan olehnya mulai tumbuh bagai cendawan di musim hujan, membentuk taman bunga yang akan terus tumbuh dan bertumbuh di setiap hati orang yang membaca karya-karyanya.

Wahai Pipiet Senja – Manini – Bunda Etty; Benar, tulisanmu, karyamu, terormu akan terus hidup dan berakar di hati kami.

“Terus nulis ya neng. Nama penamu pake ini saja; Shintalya Azis” (*)

Palembang, 30 September 2025
After all; kegalauan yang terjawab sudah.