HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Kitab Kritik Sastra Maman S. Mahayana

October 7, 2025 18:59
IMG-20251007-WA0059

Narudin Pituin

HATIPENA.COM – Buku Kitab Kritik Sastra karya Maman S. Mahayana terbitan Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada tahun 2015 ini berjumlah sekitar 432 halaman. Buku ini telah lama hendak saya kritik—semacam “kritik di atas kritik”. Namun, baru saat ini saya memiliki kesempatan untuk membicarakannya secukupnya sebab kritik terhadap sesuatu bergantung kepada kualitas sesuatu atau karya atau bukunya itu.

Untuk membicarakan buku ini, saya akan menggunakan metode membaca sangat dekat (closest reading review) yang saya kembangkan dalam buku kumpulan esai dan kritik sastra saya berjudul Sastra Indonesia dalam Sastra Dunia (2023).

Ringkasan buku ini sangat berlebihan, misalnya dimulai dengan kata-kata:

“Di tengah kerontang penerbitan buku kritik sastra, buku Kitab Kritik Sastra ini mencoba melepas dahaga masyarakat dan pengamat sastra Indonesia.”

Closest reading review:

Tidak kerontang sebab buku-buku kritik sastra sebelumnya karya Sapardi Djoko Damono, Rachmat Djoko Pradopo, dan A. Teeuw berkualitas bagus dan masih harus terus dibaca hingga saat ini. Dan masyarakat yang gemar membaca buku-buku kritik sastra yang ditulis oleh tiga nama kritikus di atas tidak akan merasa dahaga.

“Buku ini, selain coba meluruskan kesalahkaprahan pemahaman tentang konsep kritik sastra, juga berisi berbagai jenis model (praktik) kritik sastra.”

Closest reading review:

Saya nilai tak ada yang diluruskan oleh buku ini tentang konsep kritik sastra sebab sejak dahulu Sapardi Djoko Damono, Rachmat Djoko Pradopo, dan A. Teeuw menggunakan metode literer (sastra) untuk mengkritik karya-karya sastra, misalnya, puisi. Dan tentu saja pelbagai jenis model praktik kritik sastra telah dicontohkan dengan bagus oleh ketiga nama kritikus di atas.

“Setiap pembahasan karya sastra, teori, metode, dan polemik kritik berintegrasi dalam analisis, interpretasi, dan evaluasi.”

Closest reading review:

Tidak betul. Evaluasi dalam buku Kitab Kritik Sastra karya Maman S. Mahayana ini tidak jelas dalam penilaiannya—tidak objektif dengan seobjektif-objektifnya, tidak memberi bukti teks secara detail, di mana letak kelebihan dan kekurangan suatu karya sastra. Dapat dikatakan evaluasi dalam kritik sastranya lemah.

“Para pembaca dengan latar belakang pendidikan apa pun, pelajar-mahasiswa, guru-dosen, sastrawan atau bukan sastrawan, peneliti atau pengamat sastra, niscaya akan dengan mudah memasuki ke dalam Kitab Kritik Sastra ini, karena segalanya disajikan lewat paparan yang mengalir dengan bahasa yang ringan.”

Closest reading review:

Buku ini ingin disebut sebagai buku kritik sastra yang “baru dan sederhana” atau “kebaruan dalam kesederhanaan”. Faktanya, tak ada yang baru sama sekali dalam buku ini apabila kita telah banyak membaca buku-buku kritik sastra yang telah ditulis oleh ketiga kritikus di atas, yaitu Sapardi Djoko Damono, Rachmat Djoko Pradopo, dan A. Teeuw. Buku ini ingin disebut “buku kritik sastra ringan”. Ya, memang ringan baik dalam redaksi bahasa maupun isi.

Hampir tak ditemukan redaksi bahasa yang fasih dan canggih dan hampir tak ditemukan pula isi kritik sastra yang sangat mendalam dan luas. Membaca buku kritik sastra karya Sapardi Djoko Damono justru terkesan sederhana, tetapi jika diperiksa dengan teliti, ternyata tak sederhana—sungguh istimewa bahkan—karena redaksi bahasa kritik sastra Sapardi Djoko Damono tak membosankan dan fasih sekaligus canggih disertai dengan isi kritik sastranya yang sangat luas dan dalam.

Membaca buku kritik sastra Sapardi Djoko Damono, kita sebagai pembaca ingin menuntaskannya. Sedangkan, membaca buku kritik sastra karya Maman S. Mahayana ini, membaca 3 atau 4 tulisan saja sudah enggan rasanya untuk melanjutkan karena faktor redaksi bahasa yang tak fasih dan tak canggih serta isi kritik sastranya tak luas dan tak mendalam.

Demikian closest reading review terhadap buku kritik sastra karya Maman S. Mahayana di atas. Tak perlu panjang lebar. Para pembaca yang budiman tentu sudah paham. (*)