HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Surabaya Hari Ini #04: Mulat Sarira

October 10, 2025 14:30
IMG-20251010-WA0031

HATIPENA.COM – Setelah absen dua bulan, Forum Pegiat Kesenian Surabaya (FPKS) kembali menyelenggarakan programnya pada Oktober 2025.

Ketiadaan kegiatan dalam dua bulan tersebut, disebabkan hampir seluruh areal di Balai Pemuda digunakan untuk Artsubs. Tadinya kami mau siap-siap gelar acara di September setelah Artsubs selesai. Tapi sayang, di penghujung Agustus terjadi demontrasi besar di jantung kota ini. Dan pemerintah kota terpaksa membekukan kegiatan di seluruh areal Balai Pemuda hingga September dan tak memperoleh kapastian kapan dibuka lagi. Bahkan Artsub pun ditutup lebih cepat dari jadwal semula, 7 September 2025.

Maka dengan tetap djiwai semangat Arek Suroboyo yang egaliter dan gotong-royong, FPKS memutuskan untuk memulai kegiatan lagi pada Oktober 2025. Kedbetulan, bulan Oktober adalah Bulan Bahasa. Maka tema yang diangkat kali ini adalah, Mulat Sarira Hangrasa Wani (berani berbenah diri/introspeksi).

Tentu saja tema ini sangat berkaitan dengan suasana kebatinan masyarakat Indonesia, termasuk warga Kota Surabaya, yang harus masuk ke dalam suatu peristiwa demonstrasi besar belum lama ini, akibat kemarahan yang tak tertahankan lagi.

Kemarahan itu bukan disebabkan oleh kemiskinan, tetapi lebih kepada ketidakadilan yang melihat bagaimana cara pemerintah menangani masalah-masalah yang tiap hari dihadapi warga, sementara banyak pejabat hidup foya-foya. Mirisnya, petaka itu terjadi ketika republik ini merayakan usianya ke 80 tahun.

Perancis dan Nepal bisa jadi contoh bagaimana kemarahan rakyat (revolusi) dimulai dari tiga kejadian. Pertama, ketika pajak mencekik. Kedua, pejabat hidup bermewah-mewahan, dan 3. Rakyat mati di tangan aparat.

Jika negara gagal mengemban amanah, maka rakyat pasti marah. Ini hukum alam, bro.

Kini semua sudah kembali normal. Tapi justeru di sinilah saatnya kita mulat sarira, yang dalam ajaran falsafat Jawa, berarti mawas diri, bercermin ke dalam, menimbang sikap dan berani mengoreksi kesalahan.

Pada level individu, mulat sarira menjadi sarana mendidik hati, menundukkan ego sekaligus menguatkan tanggung jawab pribadi.

Pada level negara, sebagai pengemban amanah rakyat, justru memiliki kewajiban lebih besar untuk mulat sarira. Sebab, setiap kebijakan pemerintah menyentuh hajat hidup orang banyak.

Oleh karena itu, mulat sarira dalam ranah kenegaraan berarti keberanian untuk bercermin: apakah kebijakan ini adil? Apakah ia membawa manfaat bagi mayoritas rakyat, bukan hanya segelintir pihak? Apakah ia menjaga amanah atau justru menodainya?

Ada salah satu ranah penting yang sering kali terabaikan, yakni kebudayaan. Padahal, kebudayaan adalah jalan pembangunan manusia yang paling dalam dan berkelanjutan.

Melalui kebudayaan, masyarakat belajar mengenali dirinya, menumbuhkan solidaritas serta mengasah daya cipta dan kritis.

Pembangunan yang hanya menekankan infrastruktur fisik tanpa menumbuhkan ruang budaya ibarat membangun rumah tanpa pondasi ; megah di permukaan, rapuh di dalam.

Kita juga masih sering mendengar bahwa dukungan terhadap seni, literasi dan ekosistem budaya kerap minim. Bahwa di beberapa wilayah pelarangan pementasan, pembubaran diskusi atau pembatasan ekspresi masih sering terjadi.

Kritik dari seniman, akademisi maupun masyarakat sipil kerap dipandang sebagai ancaman, bukan masukan. Padahal, kritik sejatinya adalah wujud cinta warga kepada negeri, sebuah peringatan agar negara tidak salah jalan.

Jika negara gagal melakukan mulat sarira dalam kebijakan kebudayaan, yang terancam bukan hanya kesejahteraan material, tetapi juga jiwa bangsa.

Negara yang membatasi kebebasan berekspresi akan melahirkan warga yang takut, miskin imajinasi dan kehilangan daya kreatif. Sebaliknya, bangsa yang memberi ruang kebebasan justru akan menuai inovasi, solidaritas dan optimisme.

Sejarah pun mengingatkan bahwa ketika suara rakyat dibungkam, kemarahan mereka akan meledak lebih dahsyat.

Perubahan politik besar di negeri ini tidak lepas dari kegagalan negara menjaga amanah rakyat. Inilah peringatan penting: kekuasaan yang menutup telinga terhadap kritik dan menutup mata terhadap budaya akan rapuh, cepat atau lambat.

Maka, mulat sarira hangrasa wani harus dihayati sebagai prinsip moral sekaligus politik.

Individu diajak rendah hati terhadap dirinya sendiri, sementara negara dituntut rendah hati di hadapan rakyat dan kebudayaan.

Negara yang benar-benar berani bercermin akan menjamin kebebasan berekspresi, karena sadar bahwa dari sanalah lahir manusia yang utuh; merdeka lahir, merdeka batin dan berdaulat atas masa depannya.

Ketika negeri ini memasuki usia 80 tahun, melalui tema ini FPKS mengajak seniman (juga warga kota) Surabaya untuk merayakan Bulan Bahasa dengan Mulat Sarira Hangrasa Wani untuk membangun hari ini dan esok. FPKS tak akan bosan untuk menyuarakan bahwa kota ini harus dibangun dengan payung kebudayaan untuk menuju kesejahteraan warganya.

Jil Kalaran
Koordinator FPKS

JADWAL KEGIATAN FPKS – OKTOBER 2025

Tema : Merayakan Bulan Bahasa dengan Mulat Sarira Hangrasa Wani

Hari/Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2025

Waktu : Pukul 16.00 hingga 21.30 wib

Tempat : Galeri Dewan Kesenian Surabaya

SUSUNAN KEGIATAN

TalkBook
Topik Bahasan : Buku Antologi Puisi FPKS
Pukul : 16.00 – 17.00
Tempat : Galeri DKS
Pembicara : Ribut Wijoto (Kurator/Editor)
Tri Wulaning Purnami (mewakili penerbit)
Aniesday (Berita Satu News)
Host : Alfian Bahri
Siaran : Live Streaming

Seni Pertunjukan
Pukul : 19.00 – 21.30
Tempat : Galeri DKS
Penyaji : Meimura, Hanifah Intan (Sanggar Anak Merdeka Indonesia), Rohmat Djoko Prakosa, Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), Sanggar Medhang Taruna Budaya, Soetanto Soephiady, Teater Crystal, Teater Q dan Teater Mata Angin
Host : Jara
Siaran : Live Streaming (*)