Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Petuah Bapak

January 9, 2025 18:22
IMG-20250109-WA0063

Oleh: Ummi Sulis

TANGGAL 22 Desember adalah hari pembagian laporan hasil pendidikan semester satu, besoknya adalah awal libur semester hingga tanggal 6 Januari 2025, masuk kembali.

Alhamdulillah, Bapak ada di rumah. Biasanya tinggal di MTDQ (Mahad Tahfiz Darul Qur’an) asrama Putra di Sempan. Qodarullah, selama liburan semester satu, Bapak ada di rumah Lubuk Kelik, jadi bisa mendengar cerita, merawat, serta bercengkrama dengan beliau.

Umur Bapak sudah menuju 77 tahun, tahun 2025 ini. Namun, semangat ibadahnya tetap tinggi. Bapak masih rutin salat duha, tahajud, mengaji Qur’an, serta bertani yang menjadi hobinya. Alhamdulillah, beliau masih ceria untuk beraktivitas sepanjang hari. Semoga Bapak sehat-sehat saja.

Liburan ini tak sengaja lama di Sungailiat untuk merawat anak yang kecelakaan. Ada hikmah tersendiri karena dapat bertukar pikiran dengan Bapak.

Banyak omongan yang menjadi petuah untuk diamalkan. Ada saja pembicaraan tiap hari yang menjadi pokok bahasan dalam cerita di sela waktu istirahatnya bertani. Bagiku, Bapak akan tetap menjadi Guru, meski sudah pensiun sebagai guru.

Banyak sekali penjual duren berdatangan ke pasar Kota Sungailiat, bagaikan pesta duren. Kenapa dibilang pesta? Luar biasa banjir duren (durian bahasa bakunya). Saat jalan-jalan di daerah Pasar Mambo, tertariklah untuk menuju lapak duren Pusuk. Penjualnya ngiklan dengan lantang, “Duren Pusuk, Duren Pusuk, dak nyesel amen lah nyube.” (Durian Pusuk, Durian Pusuk, tidak menyesal kalau sudah mencoba)

Tertariklah dengan duren Pusuk, kemudian membelinya dengan harga dua buah Rp150.000,-. Duren yang dibeli kemudian dibelah, ternyata isinya lemak dan manis.

“Nah, ini baru duren enak,” komentar Bapak setelah mencoba. “Bijinya dikumpulin untuk ditanam.”

“Untuk apa, Mbah nanam banyak-banyak?” tanya Adek.

“Bikin kelekak duren.” Bapak menjawab tanya Adek.

“Kelekak.tu apa?” tanya Adek lagi.

Lalu meluncurlah petuah Bapak, sang Embah yang selalu dinanti kata-kata mutiaranya.

“Kelekak tu bisa jadi kependekan dari kelak e kek ikak.” Bapak mengumpulkan biji duren yang telah bersih dari daging buahnya.

” Kok, kelak e kek ikak, Mbah?” tanya Adek kepo.

“Ya, kan kalau duren yang ditanam dari biji, berubahnya lama. Bisa 15-20 tahun, apalagi duren yang bibitnya bagus. Nah, yang nanam, bisa jadi tidak menikmati hasilnya. Makanya kelekak itu biasanya diperuntukkan bagi anak cucu atau orang-orang yang disayang si Penanam,” jelas Bapak.

Selanjutnya Bapak pun menjelaskan tentang kebiasaan masyarakat Bangka yang menyingkat kalimat atau kata. Bapak menjelaskan beberapa kata yang disingkat, seperti:

  • bijur (ubi julur) atau ubi rambat, batangnya menjulur di tanah.
  • rekong (kerongkongan)
  • ler (leher)
  • lah (telah)
  • lom (belom/belum)
  • dak (tidak)
  • gi (pergi)
  • dan masih banyak lagi

Nah, bisa jadi kelekak tu singkatan untuk memudahkan mengenang suatu moment. Begitulah penjelasan Bapak di suatu sore di akhir tahun 2024.

Semoga beliau selalu sehat. Agar berikutnya dapat mendengarkan petuah yang lainnya, terutama cerita-cerita kegiatan masa mudanya ikut berdemo TRITURA. Seperti sekarang ini, harga-harga pangan tidak sesuai dengan pendapatan masyarakat bawah, kata Bapak.(*)

Bionarasi
Ummi Sulis yang bernama asli Sulistyowati ialah seorang pendidik di SDN 3 Pulau Besar. Ummi menjadi pegiat literasi semenjak 2019.

Berita Terkait

Berita Terbaru