Serpihan Langit Palestina
Oleh Leni Marlina
Kami—
anak-anak yang tak punya tempat untuk tidur,
terjaga oleh puing-puing langit yang terpecah,
terlahir dari darah yang mengalir ke sungai-sungai yang kering,
di antara debu dan batu yang tak pernah berhenti berteriak histeris.
Kami mendengar suara kami sendiri—
dalam desah nafas,
“kami masih ada, kami masih di sini.”
Kami bagaikan batu kali yang tidak menyerah, meski arus mencoba menyeret bertubi-tubi.
Kami adalah suara yang tidak akan diam,
meski dunia memalingkan wajahnya dari kami.
Kami bagaikan serpihan langit Palestina yang mencoba bangkit,
tidak hanya bertahan, tetapi berjuang, meneruskan impian,
bagi mereka yang mencintai kami,
meskipun nyawa kami melayang,
mengikuti mereka yang sudah duluan pulang.
Padang, Sumbar, 2022
Tanah yang Menyimpan Luka
Oleh Leni Marlina
Di sini,
Tanah Palestina—
bukan tanah yang hanya dilalui,
tapi tanah yang menyimpan luka,
tanah yang tak pernah benar-benar kering dari air mata.
Kami melangkah di atas tanah kelahiran sendiri,
menghimpun darah dan harapan,
kami menggemakan “merdeka”, meski mereka tak mampu mendengarnya,
atau mungkin juga tak peduli sesama manusia.
Kami mungkin saat ini, belum sanggup menjadi pohon yang tumbuh rimbun dari reruntuhan, tapi lihatlah,
kami saat ini bagaikan bunga yang terlahir dari tanah yang terluka.
Kami bukan hanya bertahan—kami tumbuh
diantara kesedihan dan kehilangan,
menolak segala kekerasan,
melawan kesombongan dan keserakahan,
tak tinggal diam walaupun kelaparan dan kehilangan jiwa mengancam,
karena hidup dan mati urusan Tuhan.
Padang, Sumbar,
2022
Batu Kali di Sungai Palestina
Oleh Leni Marlina
Kau, anak kecil yang sunyi,
bagaikan batu kali di sungai Palestina,
tertanam di dasar yang dingin,
dihantam arus perang yang tiada henti.
Sungai itu membawa cerita-cerita pilu,
serpihan rumah yang hancur,
bayangan pepohonan yang pernah menaungimu,
kini terpantul dalam riak air yang bergetar.
Matamu, seperti batu kali yang retak,
menyimpan kenangan akan tawa yang terampas,
namun di sela-sela luka itu,
ada harapan kecil yang tetap mengalir.
O, batu kali Palestina,
kau menggenggam rahasia tanah suci,
akar-akar zaitun merangkulmu erat,
meski debu tank dan jejak peluru mencoba meremukkannya.
Kau, anak kecil yang tegar,
seperti batu yang tak hanyut,
meski arus mencoba menyeretmu
ke dalam gelap yang tak bertepi.
Di tepi sungai itu,
aliran doa menyentuh tubuhmu,
sejuk seperti embun pagi,
mencoba menyembuhkan retakan di hatimu.
O, anak Palestina,
kau adalah batu kali yang menolak rapuh,
membisu namun penuh kekuatan,
menunggu sungai berhenti menangis,
dan damai kembali mengalir di tanah ini.
Kau—
batu kali yang tertanam di sungai Palestina,
terhantam, tergulung,
tapi tidak pernah dihancurkan.
Kau batu kali yang terus berdiri—
kau tidak hanya bertahan,
kau berjuang,
tak hanya sebagai
melawan kesedihan, tapi juga untuk sebuah kebangkitan.
Padang, Sumbar, 2022
Reruntuhan yang Berbicara
Puisi oleh Leni Marlina
Di tanah Palestina,
reruntuhan ini berbicara—
berbicara dengan suara yang kami tidak bisa dengar,
tapi bisa kami rasakan.
Kami—anak-anak yang tumbuh dalam kabut,
tumbuh dalam gelap yang terus melingkupi kami,
kami bukan hanya bayang-bayang,
kami adalah cahaya yang menembus kabut itu.
Kami menggapai masa depan yang terbungkus dalam abu,
tapi kami tahu,
bahwa reruntuhan ini adalah saksi—
saksi dari kekuatan kami yang tak terukur,
saksi dari suara kami yang tak akan hilang,
terus berteriak, terus berbisik,
kami tetap ada di sini, kami tetap berjuang.
Padang, Sumbar, 2022
Kota yang Terlupakan
Puisi oleh Leni Marlina
Kami bagaikan kota yang terlahir dari tanah yang terjepit,
kami bagaikan kota yang tak pernah terucap namanya,
kami bagaikan bisikan yang terlupakan di balik debu.
Di jalanan yang tak pernah surut,
kami berjalan di atas batu-batu yang terpecah,
kami adalah langkah-langkah yang menyatu dengan malam.
Kami adalah dinding yang berdiri tegak,
meski dunia mengabaikan kami.
Kami tidak hanya bertahan,
kami adalah kekuatan yang tak terlihat,
kami adalah mereka yang terus berlari,
menyusun masa depan kami dari reruntuhan.
Kami tetap ada—kami tetap berdiri,
kami adalah kota Palestina yang tak akan pernah hilang.
Padang, Sumbar, 2022
Sungai Darah yang Mengalir di Tanah Palestina
Puisi oleh Leni Marlina
Sungai di tanah Palestina ini—
mengalir dengan darah yang tak pernah kering,
mengalir dengan cerita yang tak pernah sampai ke dunia luar.
Kami adalah aliran yang terus bergerak,
terus menari di atas batu kali yang membentur keras,
kami adalah anak-anak yang berdiri di pinggir sungai,
menggenggam harapan yang terjebak di antara arus.
Kami bagai matahari yang menyinari tanah yang terluka,
kami bagaikan bulan yang terbenam di atas langit yang terus berbicara,
kami bagaikan air yang mengalir dari batu kali,
menjaga luka yang tak bisa sembuh.
Kami tetap mengalir—kami tetap ada,
terus bertahan, terus berjuang,
meski tak ada yang melihat, meski tak ada yang mendengar.
Padang, Sumbar, 2022
Tumbuh dari Puing-puing yang Terlupakan
Puisi oleh Leni Marlina
Kami tumbuh dari puing-puing yang terlupakan,
tumbuh di antara reruntuhan yang berbicara dengan bahasa yang tak bisa dimengerti.
Kami awalnya bunga yang terlahir dari serpihan waktu,
kami menjadi pohon yang tumbuh di atas tanah yang keras,
lalu menjadi jejak yang meninggalkan bayangan,
jejak yang tak pernah dilupakan oleh angin.
Di tanah ini, kami tidak berhenti tumbuh,
meski batu-batu mencoba menghalangi jalan kami.
Kami adalah kehidupan yang lahir dari luka,
kami adalah generasi yang menanti dunia yang tak pernah datang.
Kami bukan sekadar bertahan—kami berusaha mengubah dunia,
kami adalah perubahan itu, kami adalah perjuangan itu.
Padang, Sumbar, 2022
Angin yang Berbicara dalam Badai
Puisi oleh Leni Marlina
Engkau bertanya siapa kami?
engkau rasakanlah angin yang berhembus di tanah Palestina,
angin yang membawa kabar dari masa depan yang tidak terlihat.
Kami adalah angin itu,
kami adalah badai yang menyapu tanpa ampun.
kami adalah anak-anak yang tidak lagi diam,
kami adalah suara yang terus berbisik
dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh hati yang terluka.
kami adalah mereka yang tak mengenal kata “berhenti”,
kami adalah angin yang tak pernah berbalik arah, walaupun diancam mati oleh mereka yang serakah.
Kami berbicara meski dunia membisu,
kami berjuang meski dunia memalingkan muka.
kami bukan hanya bertahan—kami membuka jalan,
kami adalah angin yang membawa perubahan.
Padang, Sumbar, 2022
Langit dan Jejak Kami
Puisi oleh Leni Marlina
Langit di atas Palestina ini—
tidak pernah surut,
tidak pernah berhenti menangis.
Kami adalah jejak-jejak di bawahnya,
kami adalah bayang-bayang yang tidak pernah terhapus.
Di bawah langit yang penuh dengan kisah,
kami berjalan,
terus berjalan meski bumi meronta,
meski dunia tidak bisa melihat kami.
Kami adalah anak-anak yang tumbuh dalam pelukan langit Palestina,
kami adalah jejak yang terukir di tanah ini—
jejak yang tak akan hilang.
Kami berbicara dengan langkah kami,
kami berbicara dengan keberanian kami,
kami adalah anak-anak yang menulis cerita ini.
Padang, Sumbar, 2022
Tahan dan Terus Berlari
Puisi oleh Leni Marlina
Kami berlari di atas tanah yang tidak pernah berhenti bergetar,
berlari di atas batu kali yang terhimpit,
berlari di tengah badai yang mencoba menghentikan kami.
Kami—anak-anak Palestina—
bukan sekadar mereka yang terluka,
kami adalah mereka yang terus melangkah,
melangkah dengan hati yang tak terhitung.
Engkau terus bertanya,
siapakah kami ini?
kami bagaikan api yang menyala di dalam kegelapan,
kami bagaikan angin yang bertiup di atas tanah yang terhimpit.
kami adalah langkah yang tidak akan berhenti,
meskipun dunia mencoba mengancam kami.
kami adalah suara yang akan terus berkumandang,
kami adalah anak-anak Palestina yang akan tetap berdiri,
kami tidak takut mati.
Padang, Sumbar, 2022
————
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2022. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://shorturl.at/2eTSB & https://shorturl.at/tHjRI;
(4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.