Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Teater Tanah Air Indonesia

January 19, 2025 12:17
IMG_20250119_121642

Joserizal Manua

KETIKA Teater Tanah Air dengan lakon “Spectacle PEACE a Visual Theatre Performance” karya Putu Wijaya mengikuti “10Th World Festival of Children’s Theatre di Moscow- Russia, yang berlangsung tanggal 17 – 25 Juli 2008, tabloit “Bavissimo” melalui reporter Irina Motronenko dan Dmitry Osipenko, dalam artikelnya menulis:

“Tentunya ini adalah salah satu penampilan ter-unggul di festival. Komitmen aktor untuk akting sebagai binatang – dari beruang kutub dan rajawali sampai kanguru dengan bayi dikantongnya – sampai sangat dekat dengan melupakan diri sendiri. Dan ketika mereka memanggil penonton untuk membantu dan sekelompok anak-anak menggapai panggung untuk mengalahkan sang pemburu – yang dengan janggut palsu dan sebuah bazooka di tangannya membuatnya menjadi seorang teroris – dengan senjata air, kemudian utuhlah persatuan dan admirasi.”

Begitu juga ketika Teater Tanah Air mengikuti “9Th World Festival of Children’s Theatre” di Lingen (Ems)- Germany, tahun 2006. Dengan lakon “Spectacle WOW a Visual Theatre Performance” karya Putu Wijaya. Raphael Bonitz, me-review sebagai berikut:

“Alam tidak tergantikan” Anak-anak Indonesia sebagai duta budaya mereka. Di bawah bulan, anak-anak bermain dan bermimpi. Apa yang terjadi jika kejahatan akan mengambil bulan dan memakannya?

Teater Tanah Air dari Jakarta memainkan pertunjukan “Spectacle WOW A Visual Theatre Performance” di Festival Teater Anak Sedunia (World Kinder Theatre). Ini adalah contoh utama bagaimana teater anak-anak dapat ditampilkan dengan penuh keceriaan dan kegembiraan, dengan keseriusan dan keinginan anak-anak untuk bermain teater dengan kesungguhan itulah alam yang tak tergantikan.

Tahap disain panggung hanya terdiri dari kain putih besar. Layar tersebut digunakan “Teater Tanah Air” sebagai elemen yang sangat efektif. Kunci adegan seperti perampokan bulan dan pertarungan terakhir antara baik (diwakili anak-anak) dan jahat (Raksasa pada layar) terlihat sangat nyata, sebuah langkah cerdik. Oleh karena itu, adegan terasa sangat menakutkan, tetapi tidak ada darah yang tertumpah sama sekali. Namun, ini tidak boleh disebut bahwa pertunjukan ini tidak menakutkan. Tidak, pertunjukan ini juga banyak adegan yang sangat lucu. Untuk memainkan adegan ke adegan lain dan waktu untuk bersiap-siap adalah dengan teriakan yang diiringi gerak pantomim. Para aktor muda menunjukkan bakat komedi mereka yang luar biasa dan mendapatkan tepuk tangan terus menerus. Hal lainnya yang mendukung pertunjukan ini adalah musik dan tarian. Mereka mengikuti cerita rakyat Indonesia, dan menjadi aktor yang sekaligus menjadi duta budaya Indonesia.

Lampu dan kostum yang indah dan mengintensifkan kesan tanpa membosankan. Dengan bantuan dari anak yang terkecil, sangat mungkin untuk mengalahkan iblis dan merebut kembali bulan, hasilnya adalah: Jika ada sesuatu yang buruk terjadi, Anda tidak mungkin untuk melakukannya sendirian tetapi dengan bergotong royong. Anda bisa mendapatkan semua. Anak-anak juga mengerti hasil pertunjukan ini, dan melompati panggung untuk menyelesaikan kinerja penampilan dan pertunjukan teman-teman mereka dengan tarian penutup. Tepuk tangan untuk pertunjukan yang sangat menyegarkan. Indonesia sangat mempesona”.

Dan ketika mengikuti Festival Teater Anak-anak se- Asia-Pacific (“The Asia Pacific Of Children Theatre”, Tayamaken takaoka Bunka Hall – Tayama Japan, 5 August 2004) di Jepang, melalui lakon “Within Children’s Hand” karya Danarto, telah pula mendapatkan apresiasi yang tinggi dari masyarakat teater di sana. Kritikus Teater Istvan Pinczes dari Hungaria, me-review sebagai berikut:

“Inilah pertunjukan yang secara filosofis paling kreatif dan paling dramatis dari festival yang telah berlangsung. Pertunjukan ini bisa dianggap sebagai contoh luar biasa tentang bagaimana sebuah kelompok teater anak-anak menemukan caranya sendiri untuk menciptakan ekspresi drama yang unik mengenai masalah mereka sendiri. Judulnya dengan tepat mencakup topik utama; drama itu memberi kita gambaran ekspresif dan alas an kuat tentang bagaimana hubungan anak-anak dan masa depan planet kita, tanpa meniru gaya apapun yang dikenal dari bentuk teater professional.

Drama tersebut tak memiliki bentuk tradisi penulisan “dialog-dan-situasi”. Gagasan utamanya disampaikan melalui gambar-gambar simbolik, tari dan lagu anak-anak yang juga puitis, dan kostum-kostum ekspresif, tata panggung, boneka, serta efek cahaya dan suara dikaitkan dengan seni budaya rakyat oriental-Indonesia.

Pertunjukan ini terdiri dari banyak adegan. Pada adegan pembuka, kita melihat pelangi di cakrawala, sebuah figur berhiaskan bunga-bunga di latar belakang mencoba tegak di dalam asap yang merambat naik. Bintang-bintang kemerlap di langit, dan muncullah sosok besar yang kejam untuk menghancurkan bumi yang disimbolkan oleh figur bebungaan – sang sutradara memproduksi sebuah ekspresi dan visi yang bermakna bagi kita. Sangat sederhana namun solusi yang efektif bagi gagasan yang orisinal, kreatifitas pada kostum dan kwalitas drama yang tinggi, rancangan boneka dan panggung membuat pertunjukan ini sebuah pengalaman teatrikal yang tak terlupakan dan perayaan seni yang nyata.
Nyanyian anak-anak dan tari-tarian dalam beragam formasi menunjukkan keindahan yang ada di bumi. Mereka melarikan diri dari seekor naga besar yang mengerikan – di titik ini penonton dan panggung menyatu, sang naga turun ke area penonton di mana anak-anak kecil ketakutan, sampai sang naga dikalahkan oleh sekelompok anak-anak muda.
Lagu-lagu rakyat bernada pentatonik dengan koreografi sederhana dari permainan anak, serta irama kendang bamboo radisional, memberi kita pengalaman otentik yang mendalam tentang nilai-nilai budaya yang ada yang disimbolkan oleh anak-anak di bumi pertiwi. Figure-figur tinggi yang aneh berniat menghancurkan nilai-nilai itu, tapi muncullah sosok pembebas dengan tali warna-warni, menari-nari untuk mengalahkannya. Pada saat ini binatang-binatang berwarna cerah dan sebuah simbol dan sebuah simbol pohon besar mengisi ruang, menandakan kemenangan akhir terhadap kekuatan yang menghancurkan.

Di bagian akhir itu, benar-benar sebuah perayaan teatrikal – penonton pergi ke panggung, bergabung bersama para aktor menari bergembira.

Meski ada kesalahan kecil dari komposisi dan waktu (beberapa adegan permainan anak-anak agak panjang dan saling mengulangi), perilaku yang alami, serba bisa dan terlatih dari para aktor dari pertunjukan Indonesia menunjukkan kepada kita suatu katarsis dan magis melalui bakat mereka malam ini.

Dari berbagai festival teater anak-anak se- dunia yang diikuti, Teater Tanah Air melalui repertoar-repertoarnya dianggap telah membuka cakrawala baru dalam perkembangan teater anak-anak.

Masyarakat Teater Anak-anak di Dunia menganggap bahwa Teater Anak-anak di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa baiknya, dengan segala inovasi-inovasinya yang segar.
Tapi kenyataannya, tidak seperti yang mereka bayangkan. Kenyataannya, jumlah teater anak-anak di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari. Dan kiprahnya hampir tidak ada yang mencuat kepermukaan.

Keberadaan teater anak-anak di Indonesia, khususnya di Jakarta masih dianggap sebagai media hiburan semata. Bukan sebagai media pendidikan untuk menempa kepribadian dan aktualitas diri. Itu sebabnya banyak orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya ke grup-grup (sanggar-sanggar) teater agar anaknya menjadi bintang sinetron atau bintang iklan. Ini berbeda dengan teater anak-anak di Negara-negara maju yang menjadikan teater sebagai media pendidikan. Di Negara-negara maju teater anak-anak ada 2 macam. Pertama, teater anak-anak yang dimainkan oleh anak-anak. Kedua, teater untuk anak-anak dimana pemainnya adalah orang-orang dewasa. Teater anak-anak sebagai sarana hiburan (komersil) biasanya adalah teater yang dimainkan oleh orang-orang dewasa.

Di Indonesia, khususnya di Jakarta, teater anak-anak tumbuh dan berkembang di grup-grup (sanggar-sanggar). Sedangkan di Negara-negara maju, teater anak-anak tumbuh dan berkembang di sekolah-sekolah dan menjadi bagian dari kurikuler. Bagi Negara-negara maju keberadaan teater untuk anak-anak sangat penting untuk pembinaan mental-spiritual anak. Di mana anak-anak dilatih bekerjasama dan meng-aktualisasi-kan, dirinya melalui game-game (ragam permainan), yang merangsang imajinasi, fantasi, asosiasi, spontanitas dan unsur-unsur motorik anak.

Teater sebagai media pendidikan inilah yang dikembangkan oleh Teater Tanah Air dalam mendidik anak-anak. Karena dunia anak-anak adalah sebuah dunia yang unik, bebas dan indah.

Melalui ragam permainan dan dolanan anak-anak diajak mengembara dengan imajinasinya, bertualang dengan fantasinya dan ber-asosiasi dengan lambang-lambang dari alam dan kehidupannya. Sehingga ekspresi anak-anak yang otentik, unik, naif, tak terduga dan penuh kejutan diupayakan muncul kepermukaan.

Teater Tanah Air menamakan metode latihannya “masuk ke dalam alam”. Metode ini ternyata cukup ampuh untuk mengeluarkan (memunculkan) kekayaan yang tersimpan dalam diri setiap anak.

Tanpa intervensi atau menggurui anak-anak dirangsang untuk menghindar dari serangan seekor kumbang atau seekor ular. Kemudian membayangkan bagaimana kalau kumbang dan ular yang menyerangnya tidak hanya satu, tapi 10, 50, 100 dan seterusnya.

Melalui ragam permainan dan dolanan semacam itulah Teater Tanah air memaksimalkan semangat bermain anak.
Dengan semangat bermain inilah Teater Tanah air membangun tontonan. Ketika semangat bermain anak-anak muncul kepermukaan, maka akting tidak lagi menjadi beban. Karena anak-anak sudah lebur dalam totalitas ekspresi bersama keceriaan dan kegembiraannya. Sebagaimana persyaratan dari tontonan yang baik ialah harus menyenangkan dan tidak mudah terlupakan.

Tontonan merupakan nilai yang paling nyata dari apa yang didapat anak-anak dalam menyaksikan suatu pertunjukan. Tontonan yang baik itu ‘mempesonakan’, dengan cara menghadirkan kesempatan bagi anak-anak untuk meng-identifikasi-kan dirinya dengan tokoh-tokoh yang ada, dalam situasi yang menarik, yang bisa dipahami, bermanfaat dan mengasyikkan. Suatu kesempatan yang melibatkan identitas anak-anak dengan sang protagonis, sang antagonis dan karakter-karakter lain dalam lakon tersebut. Dari mana simpati anak-anak tergugah dengan hal yang masuk akal karena dilibatkan dengan situasinya.

Lakonnya tidaklah perlu nyata-nyata mengkhotbahi. Karena anak-anak suka belajar tetapi tidak digurui. Jadi yang baik adalah memberi kerangka sedemikian rupa dimana tidak dikatakan bagaimana seharusnya, tetapi biarkanlah segalanya terjadi secara partisipasi aktif dari anak-anak terhadap pola tindak-tanduk yang kita harap mereka ikuti. Dalam pementasan yang baik, prinsip estetika penyutradaraan, pemeranan, desain dan sebagainya akan nyata sekali.

Kualitas pementasan harus dalam kerangka teater anak-anak. Kalau kita memang hendak memperkenalkannya dengan nilai sebenarnya dari teater sebagai kesenian.

Ada komposisi dasar dari kepaduan, keseimbangan, keragaman, akan jelas dalam suatu plot yang alurnya tidak terputus-putus, karakterisasinya berkembang penuh tapi tidak kelewat kompleks. Yang terutama dilukiskan dalam kata-kata dan pola geraknya serta mampu untuk tumbuh secara konsisten dan logis. Dan dialognya mesti penuh semangat, imajinatif dan segar.

Kelemahan dari grup-grup (sanggar-sanggar) teater yang ada di Jakarta adalah intervensi dari pelatihnya dan kecenderungan menggurui. Anak-anak diberi serangkaian contoh bagaimana melakukan peniruan-peniruan dari laku orang dewasa. Yaitu, bagaimana mengekspresikan kemarahan, kesedihan, ketakutan dan emosi-emosi lain yang klise. Sehingga didalam pertunjukannya kita akan melihat anak-anak yang menjadi dewasa (seperti orang dewasa) atau anak-anak yang takut salah di atas panggung. Dua kali saya menjadi juri dalam festival teater anak-anak di Jakarta, tahun 2006 dan 2008. Kelemahan yang saya sebutkan di atas hampir merata di semua grup (sanggar) teater.yang ada.
Pertunjukan Teater Tanah Air menjadi otentik dan unik dan istimewa di mata dunia karena terbebas dari segala kelemahan di atas dan tidak sekedar meng-ekspresi-kan kebudayaan, akan tetapi ‘masuk ke dalam alam’ dengan mempertimbangkan dan meng-aktualisasi-kan kearifan-kearifan lokal yang tersebar di pelosok Nusantara.
Jakarta, 3 September 2009.

Komentar tentang Teater Tanah Air
(Sumber: Youtube)

Utkarsh Marwah (Sutradara, India)
Pertunjukan dari Indonesia yang saya lihat kemarin sungguh spektakuler bahkan lebih dari spektakuler, bahasa tubuh yang hebat dan komunikasi dengan para penonton yang sangat bagus. Satu kata yang bisa dengan tepat menggambarkannya yaitu “magnum opus”, suatu karya seni yang hebat. Walaupun ini murni sebuah teater tapi tidak kehilangan makna sebuah produksi seni teater, yaitu dikemas dengan cantik, sangat menyentuh, dan mungkin ada bagian yang akan anda lupakan tetapi ada perasaan yang tertanam dalam produksi tersebut yang akan tetap menyentuh hati anda. Mereka juga tampilkan koreografi yang sangat indah, dan kostum yang sangat menawan. Pertunjukan ini merupakan salah satu dari pertunjukan terbaik dalam acara ini.

Bryan Stuart (Sutradara, Amerika Serikat)
Kami punya kesempatan untuk melihat grup dari Indonesia. Pertunjukan mereka spektakuler, kerja yang sangat bagus secara keseluruhan. Dan saya ingin memberikan applause dan mengatakan “Bravo!”

Norbert Radermacher (Direktur Artistik Festival, Jerman)
Setelah melihat pertunjukan di panggung, yang hanya saya pikirkan mengenai teater anak ini adalah mereka telah menampilkan salah satu dari pertunjukan terbaik yang pernah saya lihat. Saya sangat senang melihat mereka, diawali dengan hal-hal yang bersifat sangat tradisional dan mengagumkan kami dapat mengenal Indonesia, dan setelah itu dengan cepat pertunjukan beralih ke kehidupan anak-anak saat ini. Satu hal yang sangat saya sukai dengan kerja besar ini adalah adanya ‘special effects’, selain itu di satu pihak adanya hiburan spesial dan di lain pihak anak-anak juga menikmati pertunjukan yang mereka mainkan.

Alexander Fedorow (Sutradara, Rusia)
Pertunjukan yang saya lihat kemarin sangat menarik dan “aneh”. Pertunjukan ini seperti seekor ular bagi saya. Dia masuk kedalam tubuh saya, merambat masuk ke hati, lalu ke jiwa, dan ke otak saya… suatu mukjizat…negara Indonesia yang menakjubkan dengan pertunjukan teater yang menakjubkan pula. Terima kasih banyak, sampai jumpa di Moskow.

Josien De Graaf (Sutradara, Belanda)
Saya sudah melihat pertunjukan dari Indonesia. Saya senang sekali melihatnya, suatu pertunjukan yang heboh (“crazy”). Memang bukan suatu cerita nyata, tapi semua ada disitu dan terlihat anak-anak sangat menikmatinya. Memang tidak perlu harus sempurna, tapi benar-benar asyik menontonnya.

Prof. Dr. Christell Hoffman (Pakar Teater, Jerman)
Pertunjukan ini merupakan salah satu karya yang sangat indah yang pernah saya lihat. Saat pertama kali saya lihat anak-anak memasuki panggung, sikap dari anak-anak yang tampak lelah tersebut dengan mulut yang terbuka, merupakan suatu momen yang sangat indah dalam festival ini. Khususnya saat bagian awal dari pertunjukan ini, saya senang melihat bagaimana perkembangan/jalannya cerita anak-anak ini, dan yang paling mengagumkan buat saya adalah saat ritual menggosok gigi, membersihkan dan saling menggoda, merupakan hal yang benar-benar sama dengan apa yang kami miliki di Jerman ini. Sungguh mengherankan, anda yang berada di belahan bumi sebelah sana memiliki hal yang sama dengan kami yang ada di sini. Jadi, memang kita berada di dunia yang sama. Terima kasih.

Reporter Internasional
Saya sangat menikmati pertunjukan dari Indonesia, karena dari segi warna sangat pas dan level energi dari anak-anak tersebut juga sangat bagus. Saya juga senang dengan efek lighting berteknologi sederhana yang mereka gunakan, pencahayaan dari sisi depan dan belakang. Saya benar-benar menikmati pertunjukan mereka. Terima kasih sudah membawanya ke Lingen.

(Anonim)
Saya senang sekali dengan pertunjukan ini, karena sebenarnya sebelum ini saya tidak mengharapkan akan melihat suatu pertunjukan yang menakjubkan. Anak-anak sangat ekspresif, sangat emosional. Saya sudah melihat pertunjukan dari negara-negara Asia lainnya, dan mereka menampilkan lebih banyak tari-tarian saja. Akan tetapi dalam pertunjukan anda, saya melihat unsur teater yang nyata, suatu permainan teater, disamping juga ada tarian. Anak-anak tersebut memainkannya dengan alami, dan ini yang saya sangat sukai. Saya betul-betul kaget dan berterima kasih karena anak-anak tersebut telah menyentuh hati saya dan hati masyarakat yang menonton mereka. Terima kasih.

Aryal Saroj (Sutradara, Nepal)
Saya sangat senang dan tersentuh dengan pertunjukan anda. Fantastis, warna, ritme, gerak, pencahayaan, budaya, tradisi, semuanya bagus. Terima kasih.

Mr. & Mrs. Yansen (Pakar Teater, Jerman)
Pertunjukan anda sangat bagus, sangat ekpresif, kami sangat menyukainya.

Corry Bruner (Guru Drama, Jerman)
Saya adalah guru Drama di Lingen. Saya senang sekali dengan pertunjukan teater anda, itu bagus sekali. Terima kasih.

Mr. & Mrs. Triphaust (Penonton, Jerman)
Pertunjukan dari Indonesia sangat berbeda dan sangat ramah. Kami melihat tarian dan nyanyian yang bagus, dan juga pertunjukan yang menakjubkan dari anak-anak. (*)