Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Apologia Socrates

January 19, 2025 12:30
IMG-20250119-WA0050

Rizal Tanjung

Naskah Monolog

Tokoh: Socrates
Latar: Ruang pengadilan di Athena kuno. Socrates berdiri di hadapan juri dan rakyat Athena.


(Socrates berdiri di tengah ruang sidang. Suaranya tegas namun tenang, tatapannya menembus para juri dan penonton. Ia mulai berbicara.)

Socrates:
Hari ini, wahai rakyat Athena, aku berdiri di sini bukan sebagai pembela diriku, melainkan pembela kebenaran. Aku dituduh dengan dua hal: merusak akhlak pemuda dan tidak percaya kepada dewa-dewa yang diakui negara ini. Apakah ini benar? Aku serahkan kepada kalian untuk menilai.

Namun, sebelum kalian memutuskan, izinkan aku berbicara. Aku tidak kaya. Aku tidak punya kekuasaan. Yang kumiliki hanyalah logos—akal, pikiran, dan cinta pada kebijaksanaan. Sejak muda, aku mencari kebenaran. Aku bertanya kepada siapa saja: para pemimpin, penyair, tukang, bahkan filsuf. Dan aku menemukan satu hal: mereka yang merasa paling tahu, sesungguhnya tahu paling sedikit.

(Socrates berhenti sejenak, mengamati reaksi juri dan penonton.)

Ketahuilah, wahai rakyat Athena, bahwa kebijaksanaan sejati adalah kesadaran akan ketidaktahuan. “Aku tahu bahwa aku tidak tahu.” Karena itu, aku bertanya. Aku bertanya kepada para pemuda, agar mereka belajar berpikir sendiri. Apakah ini merusak mereka? Tidak, aku mendidik mereka untuk tidak menerima kebohongan begitu saja.

Dan soal tuduhan bahwa aku tidak percaya kepada dewa-dewa negeri ini? Lihatlah! Jika aku tidak percaya kepada dewa, mengapa aku berbicara tentang jiwa, kebajikan, dan keadilan? Apakah ini bukan hal-hal yang berasal dari para dewa?

(Nada Socrates menjadi lebih dalam, hampir seperti seorang guru yang menegur murid-muridnya.)

Namun aku tahu, tuduhan ini bukan soal dewa atau pemuda. Tuduhan ini adalah karena aku mengganggu mereka yang nyaman dalam kebodohan mereka. Mereka tidak suka ditanya, mereka tidak suka dipertanyakan. Dan karena itu, mereka ingin membungkam aku.

(Socrates berjalan ke depan, semakin dekat dengan juri.)

Wahai rakyat Athena, aku tidak takut mati. Jika aku harus mati demi kebenaran, maka biarlah begitu. Aku tidak akan mengkhianati prinsip-prinsipku hanya demi menyelamatkan nyawaku. Karena yang lebih buruk dari kematian adalah hidup tanpa keadilan, tanpa kebajikan, tanpa kebenaran.

(Socrates tersenyum tipis, dengan ketenangan yang menusuk hati.)

Maka jika kalian ingin menghukum aku, hukumlah aku. Tapi ingatlah, dengan membungkam aku, kalian tidak akan membungkam kebenaran. Akan datang yang lain, yang akan mempertanyakan kalian, yang akan mengguncang kenyamanan kalian.

Aku hanya seekor lalat pengganggu pada seekor kuda yang besar, lamban, dan agung. Kalian bisa menyingkirkanku, tapi ingatlah, kuda tanpa lalat pengganggu akan tertidur.

(Socrates berdiri tegak, menatap penonton dengan penuh keberanian.)

Pikirkanlah baik-baik, wahai rakyat Athena. Apakah kalian akan memilih keadilan atau kehancuran moral?

(Socrates diam sejenak, membiarkan kata-katanya mengendap di benak juri dan rakyat. Kemudian, ia duduk dengan tenang.)

Tirai turun.

7 Januari 2025

Naskah ini mencerminkan semangat dan pesan Socrates dalam Apologia, diadaptasi untuk sebuah monolog dramatik.