Puisi Esai Arsiya Oganara
PAGAR keserakahan merayap tak kurang dari tiga puluh kilometer sepanjang garis pantai itu.1
Nyaris empat ribu nelayan terkapar dan menggelepar tersayat sembilu, nafas tersumbat bersama sembilan miliar mata uang Indonesia diterpa angin laut.
Ekosistem meraung bersahut-sahutan, maritim Indonesia di ujung tanduk, jurang menganga di seantero negeri.
Tak puas dengan daratan, lautpun jadi sasaran, udara menunggu giliran, kepongahan melejit sampai tanah membungkam mulut.
Kelam malam, pagar tinggi enam meter tertancap dalam kebisuan, sejengkal demi sejengkal tanah air diberengus laksana tikus si haus darah rakyat jelata.
Penguasa Nusantara, beranilah!
Penguasa, lenyapkan pagar keserakahan segelintir manusia yang selalu dahaga harta.
Penguasa, tak cukup hanya peringatan dan penyegelan, tindak tegas dalang keserakahan, matikan kerakusan mereka.2
Penguasa, mengapa pisaumu begitu tajam kebawah dan sangat tumpul keatas? Nyata depan mata kepala, pelanggaran terjadi, tunggu apalagi?
Penguasa, hentikan derai air mata pilu Ibu Pertiwi, jadilah awan menaugi hati sanubari, pelajaran anak negeri pencinta sejati.
Bandar Lampung, Kamis, 16 Januari 2025
Ombudsman: Ribuan Nelayan Terdampak Pagar Laut dan Merugi Miliaran Rupiah (REPUBLIKA) https://republika.co.id/share/sq4mff416?utm_source=whatsapp
Catatan kaki
1). Republika.co.id
2). Sinarlampung.co
