Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Kesadaran Berilmu: Pilar Transformasi Bangsa

January 22, 2025 20:15
IMG-20250122-WA0108

Bagindo Ishak

Kaba “Catuih Ambuih”

HATIPENA.COM – Pendidikan adalah fondasi kokoh yang menentukan arah perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa. Sejarah mencatat bahwa bangsa-bangsa maju telah membuktikan pentingnya pendidikan yang berkualitas, serta perhatian serius terhadap ekosistem pendidikan yang sehat. Dalam konteks ini, kualitas guru sebagai pilar utama pendidikan menjadi aspek yang tak terpisahkan dalam membentuk generasi yang unggul. Seperti yang dikatakan oleh John Dewey, “Pendidikan bukan hanya persiapan untuk hidup, melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.”

Namun, permasalahan pendidikan di Indonesia tidak hanya sebatas alokasi anggaran APBN 20 persen, tetapi juga menyangkut niat baik dan keberanian politik (political will) pemerintah. Negara dengan lebih dari 270 juta jiwa dan keragaman geografis yang luar biasa membutuhkan strategi holistik untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, relevan, dan berkelanjutan.

Fenomena Sosial dan Tantangan Pendidikan

Hari ini, akses pendidikan di tingkat menengah menjadi tantangan besar. Banyak siswa khusus di daerah daerah terpaksa menggunakan kendaraan pribadi atau diantar orang tua ke sekolah karena nyaris tidak ada lagi transportasi lokal , yang tidak hanya berdampak pada ekonomi keluarga, tetapi juga menciptakan risiko keselamatan. Padahal, secara aturan, anak-anak di bawah usia 17 tahun tidak diperbolehkan mengemudi. Fenomena ini menciptakan efek domino negatif atau yang sering disebut sebagai “butterfly effect” —di mana masalah kecil dapat memicu dampak besar, menghambat tujuan kita untuk melahirkan generasi yang berilmu pengetahuan, bermoral, dan berintegritas.

Sebaliknya, ekosistem pendidikan yang sehat mampu menciptakan generasi emas yang menjadi pewaris dan pengembang peradaban bangsa. Untuk itu, perlu dilakukan transformasi pendidikan yang mengutamakan etika, moral, dan hukum, serta mendorong kesadaran berilmu pengetahuan.

Apa Itu Kesadaran Berilmu Pengetahuan?

Kesadaran berilmu pengetahuan adalah pemahaman mendalam akan pentingnya ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini melibatkan komitmen untuk terus belajar, berpikir kritis, dan menggunakan ilmu secara bijaksana untuk kebaikan bersama. Menurut Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memerdekakan,” yakni pendidikan yang mampu memerdekakan pikiran, hati, dan tindakan seseorang.

Kesadaran ini mencakup beberapa dimensi:

  1. Dimensi Kognitif: Pemahaman mendalam tentang ilmu pengetahuan dan perannya dalam memecahkan masalah.
  2. Dimensi Moral: Tanggung jawab etis untuk menggunakan ilmu secara positif tanpa merugikan pihak lain.
  3. Dimensi Sosial: Kemauan untuk berbagi ilmu, membangun kolaborasi, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Untuk mewujudkan paradigma pendidikan yang mampu mengatasi mentalitas “korup” dan menciptakan generasi bermartabat, diperlukan langkah-langkah strategis:

  1. Peningkatan Kualitas Guru
    Guru harus menjadi role model, tidak hanya dalam hal pengetahuan, tetapi juga integritas dan moralitas. Pendidikan keguruan perlu direformasi agar menjadi pilihan utama, bukan sekadar alternatif terakhir.
  2. Pendidikan Berbasis Etika dan Budaya
    Pendidikan harus mencerminkan nilai-nilai budaya dan religius, seperti falsafah Minangkabau “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.” Nilai-nilai ini mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan harus berpadu dengan moralitas dan spiritualitas.
  3. Pemanfaatan Teknologi Secara Bijak

Teknologi dapat menjadi alat untuk mempercepat proses pembelajaran, namun perlu aturan yang jelas untuk mencegah disinformasi dan penyalahgunaan media sosial.

  1. Kurikulum yang Berorientasi pada Karakter

Kurikulum pendidikan harus dirancang untuk mengembangkan karakter siswa, termasuk integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab.

  1. Kesadaran Kolektif untuk Melawan Korupsi

Pendidikan harus menjadi ruang untuk mengubah paradigma mental “korup” dengan menanamkan nilai anti-korupsi sejak dini. Hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis kasus dan penanaman nilai integritas.

Sebagaimana dikatakan oleh Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed, “Pendidikan sejati adalah proses pembebasan.” Artinya, pendidikan harus membebaskan individu dari kebodohan, ketidakadilan, dan ketidakberdayaan. Selanjutnya, Noam Chomsky menambahkan, “Tujuan pendidikan bukan hanya menghasilkan pekerja, tetapi manusia yang berpikir kritis.”

Dua pandangan ini menegaskan bahwa pendidikan adalah alat untuk menciptakan peradaban yang unggul, bermoral, dan adil. Dengan kesadaran berilmu pengetahuan, bangsa ini memiliki peluang besar untuk meraih kemajuan yang berkelanjutan.

Pendidikan adalah kunci untuk mengubah paradigma bangsa. Dengan membangun kesadaran berilmu pengetahuan dan menciptakan ekosistem pendidikan yang sehat, kita dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, bermoral, dan berintegritas. Sebagaimana kata Nelson Mandela, “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia.” Dengan demikian, masa depan Indonesia akan ditentukan oleh seberapa baik kita menanamkan nilai-nilai tersebut dalam sistem pendidikan kita hari ini.

Padang, 20 Januari 2025