Puisi Mitha Pisano
Ada yang menganga di dalam,
namun tak terlihat, tak terasa bagi yang memandang.
Bukan darah yang mengalir,
tapi rasa yang tertinggal, membakar dengan perlahan.
Luka ini tiada warna,
tanpa goresan di kulit, tanpa nyeri di tubuh,
tapi menusuk jauh ke dalam hati dan jiwa,
menyisakan tangis tanpa bersuara.
Aku berjalan dengan senyum penuh kepalsuan,
menutupi retak di hati yang tak pernah kunjung sembuh.
Setiap kata, setiap diam,
adalah pisau yang menyayat tanpa ampun.
Kadang aku ingin berteriak sepyasnya,
tapi siapa yang mau mendengar aku?
Luka ini terlalu senyap,
tak ada tempat bagi dunia untuk peduli.
Aku tetap bertahan, meski rapuh.
Memunguti setiap serpihan harapan yang tersisa,
berharap waktu bisa menjadi obat,
meski ia sering hanya menunda derita.
Luka yang tak berdarah,
adalah sebuah pengingat bahwa tidak semua rasa
bisa dilihat oleh mata,
namun hanya bisa dirasakan oleh hati yang pernah terluka.
Januari, 222025