Karya Hans Christian Andersen
DI SEBUAH taman kecil yang tersembunyi di balik hutan, hiduplah sekelompok bunga. Mereka semua tumbuh subur dan indah, kecuali satu bunga kecil yang terlihat rapuh dan hampir tak terlihat di antara rumput liar.
Bunga kecil ini selalu bermimpi untuk menjadi seperti mawar merah yang anggun atau bunga matahari yang cerah, tetapi ia hanya memiliki kelopak pucat yang hampir tidak bersinar. Setiap malam, ia memandang ke langit, berharap suatu keajaiban terjadi.
Suatu malam, bintang-bintang di langit mendengar keluhannya. Salah satu bintang, yang kecil namun bersinar terang, turun mendekati bunga itu.
“Kenapa kau bersedih, Bunga Kecil?” tanya bintang itu.
“Aku ingin menjadi indah seperti bunga lainnya,” jawab si bunga kecil dengan suara pelan.
Bintang itu tersenyum. “Keindahanmu bukan pada kelopakmu, tapi pada caramu tetap tumbuh meski diabaikan. Aku akan membantumu melihatnya.”
Bintang itu mengeluarkan cahaya kecil dan membiarkannya jatuh ke dalam hati bunga itu. Seketika, kelopak bunga kecil itu memancarkan cahaya lembut yang menyerupai sinar bulan. Semua bunga lain di taman terdiam, kagum pada keindahan cahaya itu. Mereka menyadari bahwa bunga kecil ini memiliki sesuatu yang tak dimiliki oleh mereka: sinar yang menyentuh hati.
Sejak malam itu, bunga kecil tidak lagi merasa rendah diri. Ia tahu, keindahan sejati berasal dari bagaimana ia tetap berdiri dan bersinar meski berada di tengah kegelapan.
Dongeng ini mengajarkan anak-anak bahwa setiap orang memiliki keunikan dan keindahan yang tak perlu dibandingkan dengan orang lain.