Pipiet Senja
Kutulis puisi ini
Seusai konsultasi
Dengan dokter kardiologi
Di rumah sakit kita
Seperti biasa
Sosok bergelar spesialis jantung itu
Baru saja menyampaikan kepadaku
Perihal diagnosa penyakitku
Berdasar cek laborat terbaru
Kelainan darah bawaan
Hepatitis, kardiomegali, diabetus melitus
Istilah-istilah kedokteran itu
Terdengar sungguh menyeramkan di kupingku
Kutahu semuanya
Hanyalah akan menggiringku
Pada satu titik yakni: kematian
Maka, sebelum itu terjadi
Ingin kusampaikan puisi ini
Anggaplah sebagai wasiatku untukmu
Jika aku pergi, Cintaku
Tak ingin kudengar isak tangis berlebih
Tak ingin kulihat gulana histeris
Tak ingin menampak raut wajah
Memerah apalagi menyerah
Jika aku pergi, Cintaku
Biarkanlah ayat ayatNya tercurah
Bersama doa kalian yang menggugah
Bukan hanya basa basi
Melainkan keikhlasan yang istiqomah
Telah kulakoni setiap langkah
Dalam susah dan resah pasah
Telah kuukir malam malam dengan gagah.
Meskipun engkau tahu
Aku nyaris harus sendirian
Kuseret keyakinan:
Toh pulang pun hanya seorang diri
Pernahkah kau dengar keluh kesah
Selain damai menerima skenarioNya
Hidup begitu indah dan sarat berkah, Anakku
Karena cinta senantiasa
Mengurai dari bening matamu
Jika aku pergi jua, Cintaku
Jauhkanlah segala hujatan atas namaku.
Mintakanlah pertobatan
Kepada sesiapapun mereka
Sepercik ikhlasnya dan relanya
Karena kutahu, Cintaku
Diriku bukanlah manusia suci
Tentulah masih ada janji yang belum kutunai
Utang yang belum terbayar
Khilaf yang tak sempat terurai
Sungguh, mintakanlah maafnya
Mintakanlah ridha dan ikhlas atas namaku
Jika aku pergi, Cintaku
Mungkin esok, mungkin lusa
Mungkin tak berapa lama lagi:
Lapangkanlah hatimu, Anakku.
Untuk senantiasa menerima skenarioNya ini
Kenanglah kisah yang indah indah saja.
Lupakanlah semua yang melukai
Menikam dan menghunjam dadamu
Maka, kuanggap penting juga
Tidak perlu ada perkabungan berlama lama.
Cukuplah, tunaikan segala rukun
Permandikan mayatku
Kafani jenazahku
Sebagaimana agama kita mengajarimu
Jika tidak menyusahkanmu, Nak
Kuburkanlah ibumu ini
Di sisi makam ibuku
Semoga kami masih bisa bertemu
Di alam barzah nanti
Pulanglah, anak anakku, cucu cucuku
Sahabatku dan semua
Yang menyayang dan kusayang
Pulanglah kalian ke tempat yang masih diizinkanNya.
Maka, aku pun akan pulang dalam dekapan Ilahi
Bersama seluruh lakon yang pernah kurekam
Dengan semesta cinta penaku
Aduhai, Cintaku
Sepertinya dari tadi aku asyik berkicau sendiri
Hingga lupa untuk mengucapkan
Terimakasihku yang dalam
Atas kebersamaan kita
Yang kutahu senantiasa
Mengalirkan kebahagiaan
Selamat tinggal, Cintaku
Semoga kita berjumpa kembali
Note:
Kuposting ulang puisi lama.
Saat dokter memvonisku harus operasi. Osteperosis tulang belakang patah. Dampak transfusi sejak umur 10. Menopause dini, umur 36.
Dengan komorbid macam-macam umur 66, serasa sedang menuju titik nadir garis takdirku. Sudah 6 kali masuk ruang operasi.
Kali ini kondisiku termasuk menyèdihkan, tidak bisa duduk depan laptop. Gulang guling saja susah bergerak. Aku hanya bisa copy paste karya lama. Alhamdulillah akal sehat masih kumiliki. Semoga iman Islamku pun bisa kupegang teguh.
Kumohon ikhlas mendoakan dan sungguh maafkan lahir batin.
RSPAD, tempat pertama kali dokter Qomariyah menemukan Thallasemiaku. Cacat genetik yang kubawa serta ke mana pun kakiku melangkah dan garis takdirku terpeta.(*)
Jadwal operasi Selasa , 29 Maret 2022