Oleh Rastono Sumardi
Di bawah langit biru yang merayap mesra,
Bandung berbisik dalam angin lembutnya.
Jalanan sibuk, denyut nadi kehidupan,
di setiap sudut, gairah bisnis menari—
tangan-tangan terampil menjahit impian,
melukis kain dengan cita rasa kota.
Ah, Bandung, engkau butik semesta!
Di jantungmu, pasar menjelma taman warna,
gaun-gaun berayun dalam lirih angin,
kaum perindu mode berpesta di gang-gang sempit,
menemukan rupa-rupa pesona
yang lahir dari jemari para perajut harapan.
Lalu datanglah gadis-gadis Bandung,
berjalan seperti sajak yang menari di jalan Dago.
Mereka adalah bunga di antara bangunan tua,
matanya cermin kesabaran,
senyumnya selembut embun yang jatuh di Braga,
dan tutur katanya madu yang menetes di bibir malam.
Kudengar suara mereka di kafe-kafe kecil,
di antara secangkir kopi dan janji yang tak selesai.
Mereka menenun cerita dengan anggun,
menyulam hari dengan canda yang manis.
Ah, Bandung dan gadisnya!
Mereka adalah simfoni keindahan—
kota dan pesonanya,
kain dan benangnya,
cinta dan rindunya. (*)