Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Langkah Sang Puisi (1)

January 28, 2025 19:08
IMG-20250128-WA0097

L K Ara

Berjalanlah, puisi,
Seperti embun meniti helai rumput di kaki Bur Mesirku
Seperti bintang jatuh menyelam langit malam,
Susuri darahku yang berdenyut sunyi.
Dengan langkah ajaibmu yang tak tergenggam,
Ketuk pintu-pintu rapuh di jantungku,
Bangunkan debu yang membatu dalam relungku.

Jadilah angin yang membisikkan doa,
Melintasi gurun gelisahku yang kering.
Jadilah sungai kecil yang mengalir lembut,
Mengikis duka yang membeku di tepian hati.

Puisi, kau adalah hujan dalam musim kering,
Menetes pelan di dahaga jiwa,
Menghidupkan bunga yang telah lupa warna,
Dan menguatkan akar yang hampir menyerah.

Berlayarlah di lautan nafasku,
Seperti perahu yang mendamba dermaga di Danau Laut Tawarku
Temukan rumah dalam gelombang,
Isi setiap ruang kosong dengan nyala.

Dan bila kau temukan pintu langit,
Jadilah doa yang tak henti melafazkan asma-Nya.
Jadilah cahaya yang menyusup ke sujud malam,
Mengantar rinduku pada Sang Pemilik Cinta.

Langkah Sang Puisi (2)

Berjalanlah, puisi,
Seperti Sungai Pesangan
Yang mengalir tanpa jeda,
Membasuh debu sunyi
Di lorong-lorong hatiku.

Hentakkan kakimu di atas arwahku,
Gugahlah rindu yang membeku.
Bawalah ia ke taman cahaya,
Di mana malaikat berzikir
Dalam lirih alunan waktu.

Puisi, jadilah obor
Saat langkahku meraba gelap.
Jadilah nyala doa
Yang melesat ke langit abadi,
Menembus tirai malam
Menuju puncak harapan.

Ketika tiada kata tersisa,
Jadilah hujan di gurun jiwaku.
Dan ketika napasku adalah bait terakhir,
Ukirkan langkahku di tanah-Nya,
Tempat seluruh rindu bermuara.

Langkah Sang Puisi (3)

Berjalanlah, puisi,
Seperti embun meniti helai rumput di kaki Bur Biesku
Seperti bintang jatuh menyelam langit malam,
Susuri darahku yang berdenyut sunyi.
Dengan langkah ajaibmu yang tak tergenggam,
Ketuk pintu-pintu rapuh di jantungku,
Bangunkan debu yang membatu dalam relungku.

Jadilah angin yang membisikkan doa,
Melintasi gurun gelisahku yang kering.
Jadilah sungai kecil yang mengalir lembut,
Mengikis duka yang membeku di tepian hati.

Puisi, kau adalah hujan dalam musim kering,
Menetes pelan di dahaga jiwa,
Menghidupkan bunga yang telah lupa warna,
Dan menguatkan akar yang hampir menyerah.

Berlayarlah di lautan nafasku,
Seperti perahu yang mendamba dermaga di Danau Laut Tawarku
Temukan rumah dalam gelombang,
Isi setiap ruang kosong dengan nyala.

Dan bila kau temukan pintu langit,
Jadilah doa yang tak henti melafazkan asma-Nya.
Jadilah cahaya yang menyusup ke sujud malam,
Mengantar rinduku pada Sang Pemilik Cinta.

Langkah Sang Puisi (4)

Berjalanlah, puisi,
Seperti mata air Danau Laut Tawar
Yang mengalir tenang di hening senja,
Mengisi setiap relung tanah yang kering.

Ketuklah pintu yang terlupa,
Biarkan semua yang terpendam bangkit,
Menjadi nyala yang tak padam,
Menjadi cahaya yang tak pernah redup.

Dan bila akhirnya langkahmu terhenti,
Jadilah doa yang tetap abadi.
Bersamalah aku dalam setiap bait
Yang mengalir ke dalam jiwa-jiwa yang menanti.

Kalanareh, 2024