Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Lonte

January 29, 2025 21:44
IMG_20250129_214326

Don Zakiyamani

Lonteku… Terima kasih
Atas pertolonganmu di malam itu
Lonteku… Dekat padaku
Mari kita lanjutkan cerita hari esok

HATIPENA.COM – Lirik lagu Lonteku karya Iwan Fals itu memiliki perspektif beragam. Lagu yang terdapat di album milik Iwan Fals yang berjudul Ethiopia. Album tersebut pertama kali dirilis pada 10 Maret 1993.

Meski banyak yang beranggapan lonte bermakna negatif. Namun dalam bahasa Jawa, kata lonte bermakna berani atau nekat. Dalam bahasa Sunda bermakna bodoh.

Lalu apa kira-kira yang dimaksud dengan lonte dalam lagu Iwan Fals tersebut. Jika kita baca lirik sebelum dan sesudahnya, Iwan Fals memaknai lonte sebagai perempuan yang menjual kenikmatan biologis.

Profesi yang dianggap hina dan melanggar norma serta etika itu, ternyata tetap eksis hingga hari ini. Dan jika dikaitkan dengan lagu ‘kupu-kupu malam’, kita boleh tersenyum.

Kita menghina lonte namun bagaimana dengan penikmat lonte. Cukup bermoral dan beretika mereka. Lalu bagaimana dengan politisi yang kemarin bersama rakyat sekarang berpasangan dengan oligarki.

Kebijakan demi rakyat diubah kebijakan pro bohir dan partai politik. Apakah tindakan itu cukup bermoral dan beretika. Apakah halal bagi kita menyebut mereka ‘lonte’. Lebih muliakah mereka yang mempermainkan suara rakyat.

Barangkali kita menyebut lonte sebagai trash of society, bolehkah kita menyebut politisi berperilaku demikian sebagai trash of democracy? (*)

(Sumber: Potret.Online)