Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Ayam-Ayam Itu Mendekatiku

January 31, 2025 12:26
IMG-20250131-WA0005

Muhammad Dega Maulana 8f 24

Cerita liburan

HATIPENA.COM – Liburan sekolah kali ini terasa sangat istimewa. Aku dan keluargaku memutuskan untuk menghabiskan waktu di desa kakek di sebuah pedesaan yang asri. Desa itu terletak di kaki gunung dengan pemandangan hijau sejauh mata memandang. Aku sudah lama tidak berkunjung ke sana, jadi aku sangat bersemangat.

Kami berangkat dari kota pada pagi hari dengan mobil. Perjalanan memakan waktu sekitar lima jam. Begitu tiba di desa, udara segar langsung menyambutku. Berbeda dengan kota yang penuh dengan polusi, di sini aku bisa menghirup udara yang begitu sejuk dan menyegarkan. Rumah kakek adalah rumah tradisional dari kayu dengan halaman luas. Di sana ada kebun sayur dan kolam ikan yang selalu membuatku ingin bermain setiap kali berkunjung.

Keesokan harinya, aku ikut kakek ke ladang. Kakek adalah seorang petani, dan ia sangat bangga dengan pekerjaannya. Aku belajar banyak tentang cara menanam padi, merawat tanaman, dan mengenali berbagai jenis tanaman obat. Aku juga membantu kakek memberi makan sapi dan ayam di kandangnya. Awalnya aku merasa geli saat ayam-ayam itu mendekatiku, tetapi lama-kelamaan aku mulai terbiasa.

Setelah bekerja di ladang, aku dan sepupuku pergi bermain di sungai kecil yang tidak jauh dari rumah. Airnya begitu jernih dan dingin. Kami bermain air, menangkap ikan kecil, dan membuat perahu dari daun yang kami temukan di sekitar sungai. Kami juga memanjat pohon jambu dan menikmati buahnya langsung dari pohonnya. Rasanya manis dan segar!

Pada malam harinya, keluarga kami berkumpul di halaman rumah. Kakek membuat perapian kecil, dan nenek menyiapkan ubi bakar serta jagung manis. Kami duduk melingkar sambil mendengarkan cerita-cerita kakek tentang masa mudanya. Ia bercerita bagaimana dulu ia harus berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk pergi ke sekolah. Cerita-ceritanya sangat menarik, dan aku merasa sangat beruntung bisa mendengarnya langsung.

Hari-hari berikutnya di desa juga sangat menyenangkan. Aku ikut membantu nenek memasak di dapur, belajar membuat kue tradisional, dan ikut serta dalam panen sayur. Setiap malam, langit di desa terlihat begitu indah dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip. Aku bahkan bisa melihat Bimasakti dengan jelas, sesuatu yang sulit kulihat di kota karena polusi cahaya.

Namun, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari terakhir di desa pun tiba. Aku merasa sedih harus meninggalkan suasana tenang dan damai di sini. Aku berpamitan dengan kakek, nenek, dan semua saudara di desa. Sebelum pergi, kakek memberiku sebungkus biji padi sebagai kenang-kenangan. “Tanamlah ini di rumahmu, agar kamu selalu mengingat desa ini,” katanya dengan senyum hangat.

Perjalanan pulang ke kota terasa berat, tetapi aku membawa banyak kenangan indah yang tak akan terlupakan. Liburan kali ini bukan hanya sekadar bersenang-senang, tetapi juga memberikan banyak pelajaran berharga tentang kehidupan di desa. Aku belajar tentang kerja keras, kebersamaan, dan kesederhanaan. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa suatu hari nanti, aku akan kembali ke desa kakek dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka.

Liburan ini benar-benar menjadi pengalaman yang tak terlupakan. (*)