Mitha Pisano
Di sudut kota yang gerah,
Ibu-ibu berbaris panjang,
menunggu antrian tabung gas yang entah kapan datang,
di bawah terik mentari yang tak berbelas kasihan.
Mereka menunggu dengan perasaan gelisah,
menghitung waktu yang kian melambat resah,
tapi setidaknya mereka tahu,
antrian ini pasti berujung temu.
Tapi bagaimana denganku? Aku berdiri di antrian yang lain,
antrian yang tak terlihat dengan mata telanjang,
menunggu kabar dari seseorang,
yang entah sadar atau sengaja pura-pura lupa.
Pesan demi pesan kurangkai ragu,
seperti seuntai doa yang tak tahu arah,
namun kau tetap diam dan membisu,
membiarkanku dalam ketidakpastian yang panjang dan melelahkan.
Andai saja menunggumu sama seperti antrian gas,
ada batas, ada jawaban, ada kepastian,
tapi kenyatanya menanti kabarmu,
lebih panjang dari yang bisa kusabarkan.
Mungkin tabung gas itu akhirnya datang,
tapi bagaimana dengan penantianku?
Haruskah aku terus berdiri menanti di sini,
atau melangkah pergi dengan membawa luka di hati?
Bukittinggi, 4 Februari 2024