Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Ada 64 Ribu Preman dalam Penjara Ini

February 5, 2025 11:15
IMG-20250204-WA0003

Rosadi Jamani *)
Ilustrasi: AI/ Wak Rojam

HATIPENA.COM – Ngomongin penjara lagi. Tujuannya agar kita jangan sampai dijebloskan ke penjara. Kali ini penjara CECOT di El Salvador. Sambil menikmati bubur ayam di Sungai Jawi Pontianak, yok kita kulik keseruan Joe Hattab mengeksplorasi penjara dengan 64 ribu preman di dalamnya.

Beberapa jam lalu, Joe Hattab meng-upload video barunya. Ia diberi akses masuk ke penjara CECOT. Joe melangkah lagi ke dalam kegelapan. Kali ini, bukan Suriah yang penuh derita, melainkan El Salvador. Negeri yang pernah dijajah oleh preman. Negeri yang darahnya mengalir deras di jalanan. Kematian bukan lagi berita. Perang antar geng adalah menu sehari-hari. Rakyat? Mereka hanya tumbal dalam permainan kekuasaan yang keji.

Tapi, ada satu nama yang muncul dari kegelapan, Nayib Bukele. Presiden yang dengan tangan besi menyatakan perang terhadap geng. Siapa pun yang dicurigai, tangkap. Jebloskan ke penjara. Tak peduli benar atau salah. Yang penting, angka kejahatan turun. Rakyat? Mereka bertepuk tangan, seolah lupa bahwa demokrasi sedang dikubur hidup-hidup.

Joe Hattab, youtuber top dunia mendapat akses ke penjara terbesar di Amerika Latin, Center for the Confinement of Terrorism (CECOT). Sebuah monumen kekuasaan Bukele. Sebuah kuburan massal bagi para preman yang pernah berkuasa. Penjara ini bukan sekadar tempat penahanan. Ini adalah neraka buatan manusia. Dirancang untuk menampung 64.000 narapidana. Dibangun dengan teknologi pengawasan tinggi. Tapi, di balik temboknya, ada cerita-cerita yang membuat darah membeku.

Bayangkan, wak! Ada 64.000 manusia dikurung dalam satu tempat. Rata-rata tubuh mereka penuh tato. Bekas luka. Bekas kekerasan. Bekas kehidupan yang keras. Mereka adalah anggota geng seperti Mara Salvatrucha (MS-13) dan 18th Street gang. Geng-geng yang pernah membuat El Salvador gemetar. Sekarang? Mereka hanya angka dalam statistik penjara.

Tapi, jangan salah. CECOT bukan sekadar penjara. Ini adalah pabrik penderitaan. Narapidana dipaksa hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi. Sel-sel penuh sesak. Makanan seadanya. Pengawasan ketat. Yang paling mengerikan, penahanan massal yang sewenang-wenang. Banyak dari mereka yang mungkin tidak bersalah. Tapi, siapa peduli? Dalam perang melawan geng, kebenaran adalah korban pertama.

Nayib Bukele dipuja sebagai pahlawan. Tingkat kejahatan turun drastis. Rakyat merasa aman. Tapi, di balik kesuksesan itu, ada bayangan gelap. Hak asasi manusia? Dilindas. Demokrasi? Dikorbankan. Bukele membangun citranya dengan darah dan air mata para tahanan. Ia membangun El Salvador yang baru di atas puing-puing kebebasan.

Organisasi hak asasi manusia berteriak. Mereka menuduh pria yang masih ada keturunan Palestina itu melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Tapi, siapa yang mendengar? Rakyat terlalu sibuk bersyukur karena bisa berjalan di malam hari tanpa takut ditodong senjata.

Mara Salvatrucha (MS-13) dan 18th Street gang. Dua nama yang membuat jantung berdebar. Mereka adalah legenda dalam dunia kriminal. Perdagangan narkoba, pemerasan, pembunuhan, semua ada dalam daftar menu mereka. Mereka pernah menguasai El Salvador. Sekarang? Mereka hanya tahanan dalam kuburan besar bernama CECOT.

Tapi, jangan terlalu cepat bersorak. Geng-geng ini mungkin terpenjara, tapi semangat mereka masih hidup. Dalam sel-sel gelap CECOT, mereka mungkin sedang merencanakan balas dendam. Atau, mungkin, mereka hanya menunggu waktu untuk bangkit kembali.

Joe Hattab telah melihat banyak hal dalam perjalanannya. Tapi, CECOT adalah sesuatu yang lain. Ini bukan sekadar penjara. Ini adalah simbol. Simbol kekuasaan yang tak terkendali. Simbol penderitaan yang tak berujung. Simbol sebuah negeri yang memilih keamanan di atas kebebasan.

El Salvador mungkin lebih aman sekarang. Tapi, dengan harga apa? Dengan mengorbankan ribuan nyawa? Dengan mengubur demokrasi? Hanya waktu yang akan menjawab. Tapi, satu hal yang pasti, CECOT akan tetap menjadi monumen kegelapan. Sebuah pengingat bahwa neraka tidak hanya ada di akhirat. Neraka bisa dibuat di bumi. El Salvador telah membuktikannya.

Indonesia gimana? Negeri ini pernah melawan preman lebih sadis dari El Salvador. Bukan dipenjara, tapi dibunuh secara misterius yang dikenal dengan Petrus. Kejahatan turun, preman pada insaf. Sekarang, para preman malah menjadi alat politik, backing mafia tanah dan laut, tukang tagih hutang, dll. Ngeri, wak! (*)

#camanewak

*) Ketua Satupena Kalimantan Barat

Berita Terkait

Berita Terbaru