Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Misteri Raja Kecil yang Melawan Prabowo

February 11, 2025 13:34
IMG-20250211-WA0125

Ilustrasi : Wak Rojam
Penulis: Rosadi Jamani

Di Jatim International Expo, Presiden Prabowo Subianto membuka Kongres XVIII Muslimat NU. Suasana khidmat, hingga tiba-tiba dia melontarkan kalimat mengguncang, “Ada yang melawan saya? Ada.” Siapa dalangnya? Entitas misterius bernama “Raja Kecil”.

Bukan raja biasa, bukan raja besar. Ini raja kecil. Apakah mereka bertubuh mungil seperti Tinker Bell bermahkota? Atau sekelompok birokrat yang merasa diri mereka Raja Louis XIV versi diskon? Prabowo tegas menyebut, ada birokrat yang merasa “kebal hukum” dan bertingkah layaknya raja di lembaganya sendiri. “Dalam birokrasi merasa sudah kebal hukum, merasa sudah menjadi raja kecil, ada,” ujarnya.

Pertanyaannya, apa mereka benar-benar memakai mahkota saat rapat? Atau mahkota itu cuma ilusi, seperti anak kecil bermain raja-rajaan? Yang jelas, Prabowo serius. Dia ingin menghentikan pengeluaran mubazir, yang “alasannya cuma buat nyolong”. Tapi, para “Raja Kecil” ini merasa terganggu. “Lho, ini kan hak prerogatif saya sebagai raja kecil. Kenapa diambil?”

Bayangkan Detektif Conan muncul di tengah kongres. Dengan kacamata bulatnya, dia langsung menyelidiki. “Hmm, ada yang tidak beres di sini,” gumamnya. Conan menemukan petunjuk: 330.000 sekolah butuh perbaikan, uang penghematan bisa membangun 20.000 sekolah, dan ada birokrat yang merasa diri mereka raja kecil. “Ini bukan sekadar kasus korupsi,” kata Conan. “Ini kasus ego yang melampaui batas. Mereka mencuri hak anak-anak untuk sekolah layak.”

Ironinya? Para “Raja Kecil” ini merasa diri mereka raja, padahal gajinya mungkin cuma cukup buat beli nasi padang seminggu sekali. Mereka merasa kebal hukum, padahal hukumnya cuma kebal di kepala mereka. Prabowo bahkan meminta guru-guru mengangkat tangan. “Ibu-ibu yang guru, angkat tangan. Lihat sekolah-sekolah perlu diperbaiki atau tidak?” Kalau semua guru angkat tangan, kongres bisa berubah jadi senam pagi!

Prabowo punya rencana besar, menghemat anggaran untuk membangun sekolah. Tapi, para “Raja Kecil” ini malah sibuk mempertahankan mahkota imajiner mereka. Apa jadinya jika mereka benar-benar punya kerajaan? Istana dari tumpukan dokumen, mahkota dari laporan keuangan palsu, dan rakyatnya pegawai yang terpaksa patuh.

Birokrat yang merasa diri mereka raja, padahal tugasnya melayani rakyat. Mahkota mereka bukan emas, tapi ilusi. Ilusi itu akan runtuh jika Prabowo terus mendorong kebijakan penghematan.

Kesimpulannya? “Raja Kecil” mungkin metafora, tapi masalahnya nyata. Korupsi, pemborosan, dan ego birokrat adalah musuh bersama. Seperti kata Detektif Conan, “Kebenaran hanya satu.”

Sekarang, tinggal kita tunggu, akankah para “Raja Kecil” menyerah, atau bertahan di istana ilusi mereka? Detektif Conan sudah siap dengan kacamata dan logikanya. “Satu kasus lagi terpecahkan,” gumamnya. Tapi, tunggu dulu. Ini baru permulaan. Masih ada 330.000 sekolah yang menunggu. Para “Raja Kecil” masih berkeliaran. (*)

#camanewak

*) Ketua Satupena Kalbar