Ilustrasi : Meta AI/ Rizal Pandiya
Catatan Paradoks; Wayan Suyadnya
HATIPENA.COM – Hari ini, dunia berbisik tentang kasih sayang.
Merah muda dan merah membanjiri sudut-sudut kota, memenuhi lorong-lorong maya, menjelma dalam untaian kata-kata puitis yang disusun dengan manis.
Hari ini, kasih sayang dirayakan—atau setidaknya, itulah yang mereka katakan.
Kasih sayang seperti apakah ini? Apakah ia sekadar sebatang bunga mawar yang mekar sehari lalu layu? Apakah sepotong cokelat manis yang lebur dalam hitungan detik?
Apakah ia hanya ditujukan kepada kekasih, pacar, atau pasangan belaka?
Di sudut dunia yang lain, di tanah yang sarat dengan makna dan keseimbangan, kasih sayang memiliki dimensi yang lebih luas.
Ia bukan hanya sebatas hubungan dua insan, tetapi juga hubungan manusia dengan semesta.
Dalam kearifan Bali, kasih itu lulut, luluh, cair, tulus, apa adanya, jujur. Dari sini, muncul sayang, sebab kasih tak cukup berdiri sendiri—ia harus berpadu, bersanding, melingkupi segalanya; Kasih sayang.
Dan di sini pula, kasih sayang bukan hanya tentang seseorang, tetapi tentang sesuatu.
Tentang sesama manusia, tentang lingkungan, tentang alam semesta, tentang Dia yang tak teraba, yang tak terpikirkan, acintya, namun terasa ada dalam setiap hela napas kita.
Hari ini, dunia mengenal Valentine, sementara di Bali, ada Tumpek Krulut—hari raya kasih sayang yang sejati. Tumpek Krulut bukan sekadar hari, melainkan peringatan bahwa kasih sayang itu suci, hening, damai.
Ia tak bergemuruh dengan pesta, tak riuh dengan perayaan gemerlap. Ia adalah tumpek suung, sunyi namun penuh makna.
Tapi lihatlah, dunia telah terbalik. Anak-anak lebih memahami Valentine ketimbang Tumpek Krulut.
Mereka lebih mengenal mawar plastik dibandingkan daun yang tumbuh dari tanah. Mereka lebih hafal kata-kata romantis dari film dibandingkan doa dan sloka yang dilantunkan untuk harmoni alam.
Hari ini, dunia merayakan kasih sayang, tetapi tak semua menyadari betapa paradoksnya perayaan ini.
Karena kasih sayang sejati bukan hanya tentang satu hari, bukan hanya tentang satu orang, bukan hanya tentang satu makna.
Kasih sayang adalah perjalanan, bukan sekadar perayaan. Ia begitu luas, nyaris tak bertepi. (*)
Denpasar, 14 Februari 2025