Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Hati Gemetar Ketika Disebut Nama Allah

February 14, 2025 14:53
IMG-20250214-WA0106

Ilustrasi : Meta AI/ Mitha Pisano
Penulis : Wawan Susetya *)

HATIPENA.COM – Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Anfal [8]: 2-3): Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Itulah gambaran ekspresi keadaan orang-orang mukmin sejati; yakni hati mereka menjadi gemetar apabila disebut nama Allah dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karenanya.

Out put (produk) atau tindak lanjut dari keadaan itu kemudian membuahkan ketakwaan di hati orang-orang mukmin, sehingga mereka tunduk dan patuh kepada Allah Swt dengan senantiasa mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka.

Hal itu mengisyaratkan mengenai keimanan yang benar sebagai tasdiq idzany. Menurut Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, tasdiq idzany yakni membenarkan dan menundukkan diri di bawah perintah Allah dengan mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bukan semata-mata membenarkan saja (tasdiq).

Dalam perspektif keagamaan, yang dimaksud orang-orang mukmin (beriman), yakni orang-orang yang tunduk-patuh atau taat kepada Allah, yakni mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Artinya, orang boleh disebut beriman, jika mereka beramal sholeh. Sebab, iman dan amal sholeh merupakan dua hal yang tak bisa dipisah-pisahkan. Sehingga, seseorang baru disebut beriman, jika ia beramal sholeh.

Sofyan ast-Tsauri, seorang tokoh Sufi terkenal mengatakan, Saya telah mendengar bahwa Assuddi mengatakan, Ayat ini mengenai seorang yang ingin berbuat dosa atau aniaya, tiba-tiba diingatkan Ittaqillaha (takutlah kepada Allah), maka ia merasa takut kepada Allah.

Sementara itu, Ibnu Katsier dalam Tafsir-nya, kata Zaa dathum iimaanan menunjukkan bahwa iman seseorang (kaum muslimin) dapat bertambah dan berkurang. Dengan bertambah dan kurangnya taat kepada Allah, maka tingkat keimanan kaum muslimin berbeda-beda atau bertingkat-tingkat, yakni imannya para Nabi/Rasul, shidiqien, waliyullah, syahid, orang-orang sholeh, dan kaum muslimin pada umumnya.

Sedangkan, kata Wa alaa rabbihim yatawakkaluun, maknanya; Dan kepada Tuhan, mereka tawakkal, berserah diri tiada mengharap, bersandar, berlindung, meminta melainkan kepada Allah, sebab mereka mengerti bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki-Nya takkan terjadi, Allah yang menentukan segala urusan semua makhluk-Nya, tiada yang dapat menolak kehendak Tuhan.

Dan, tawakkal itu sebagai bukti adanya iman. Juga termasuk bukti adanya iman, yakni rajin dan sempurnanya shalat dan sedekah, zakat, mengerti benar bahwa harta kekayaan itu hanyalah titipan Allah kepadanya, tidak lama akan berpisah dengannya.

Bahkan, HAMKA dalam Tafsir Al-Azhar-nya menjelaskan bahwa kandungan ayat 2-3 Surah Al-Anfal di atas merupakan gambaran orang-orang yang sempurna imannya. Oleh karenanya, bagi kaum muslimin yang sempurna imannya (sempurna kemukminannya), maka apabila disebut nama Allah (disebutkan pula sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakan-Nya) gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Hanya karena hati manusia itu senantiasa berbolak-balik, naik-turun atau tidak tetap, maka Buya HAMKA menasihatkan agar kaum muslim senantiasa memegang teguh ajaran pokok agama. Jangan sampai pegangan itu mudah terlepas! Oleh karena itu, kaum muslim hendaknya berusaha secara optimal untuk memperkokoh keimanan mereka setiap harinya.

Dan, orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya, mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Allah, ampunan serta rizki (kenikmatan) yang mulia (QS Al-Anfal [8]: 4). (*)

*) Penulis adalah Sastrawan, budayawan, dan penulis Satupena Jatim, tinggal di Tulungagung-Jatim.