Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Wanita di Ujung Lorong

February 15, 2025 07:30
IMG-20250215-WA0064

Ilustrasi : AI/ Rizal Pandiya
Cerpen Horor Dwi Septi Lestari

HATIPENA.COM – Malam yang dingin tak menyurutkan semangat para siswa ekskul yang berlatih pencak silat di halaman sekolah SMP Darul Ulla di Desa Balung Putih. Belasan siswa yang dilatih oleh beberapa pelatih silat tampak sangat serius dalam berlatih.

Menjelang tengah malam, kurang lebih pukul 23.15 WIB, kegiatan berlatih dijeda. Semua beristirahat dan menepi ke sisi halaman sekolah, tepatnya di depan ruang kelas VIII B. Dan karena hujan turun, maka seluruh siswa dan pelatih berteduh di teras kelas, tepatnya di pertengahan lorong salah satu bangunan.

Bangunan sekolah tersebut yang jika dilihat dari atas tampak seperti huruf V, dengan ujung lorongnya yang di satukan oleh bangunan “Toilet”.

Saat sedang beristirahat yang awalnya diisi dengan obrolan ringan antara pelatih dan siswanya yang ditemani hawa dingin karena sedang turun hujan. Hawa dingin dan suasana malam di sekolah makin mencekam dengan adanya suara dentuman kursi dari dalam salah satu ruang kelas. Disusul dengan salah satu jendela yang tiba-tiba terbuka dan bergoyang sendiri.

Hal tersebut membuat beberapa siswa berteriak histeris karena ketakutan. Para pelatih berusaha menenangkan mereka. Hingga tak lama mereka pun tenang dan kembali duduk berbaris bersandarkan tembok.

Ketenangan yang tak lama itu, di hebohkan kembali dengan Lisa, salah satu siswa yang tiba-tiba berteriak histeris dengan tangannya yang terus memukuli kepalanya sendiri. Rasa takut pun kembali merasuki beberapa siswa yang lain. Dua orang pelatih yang berada di dekat Lisa langsung mendekat dan berusaha menangani Lisa dengan membawanya sedikit menjauh dari siswa lain. Karena ditakutkan hal yang dialami oleh Lisa bisa saja menjalar ke siswa yang lain.

Benar saja … tak lama setelah Lisa dibawa sedikit menjauh, Sephia, salah satu siswa lain juga mengalami hal aneh. Livi yang berada di sebelahnya yang pertama menyadari keanehan pada diri Sephia segera melapor pada pelatih yang berdiri di depannya.
“Mas … Mba Sep … mba Sep ….” ujar Livi terbata-bata karena ketakutan.

Salah satu pelatih memdekat dan bertanya pada Livi, namun Livi tak menjawab. Dia hanya menunjuk Sephia dengan tangan bergetar. Sang pelatih yang paham pun mendekat dan membawa Sephia sedikit menjauh dari yang lain.

Lalu beberapa pelatih mendekati Sephia termasuk sang kakak, Nurul, yang juga menjadi salah satu pelatih. Melihat sikap Sephia yang aneh, tangan kanan yang bergerak tak menentu seolah ada yang mengendalikan. Tapi anehnya Sephia seperti tak menyadari hal itu. Entah sadar atau tidak dia bergerak seperti itu, karena terlihat matanya tampak terpejam.

Salah satu pelatih ada yang bertanya, tapi hanya dijawab dengan gumaman yang tak jelas. Lalu pelatih tersebut meminta sebuah kertas dan juga pena kepada salah satu siswa yang masih sadar. Kemudian dia meletakkan kertas tersebut di pangkuan Sephia dan menyematkan pena pada tangannya walau ‘tak dipegang dengan baik.

Dan dia menanyakan pada Sephia, lalu Sephia menuliskan sesuatu pada kertas yang ada di pangkuannya untuk menjawab. Pelatih tersebut membacanya dengan teliti lalu menanyakan satu pertanyaan lagi dan dijawab dengan menuliskan sesuatu lagi pada kertas yang sama di halaman sebaliknya.

Beberapa pelatih berkumpul untuk mendiskusikan isi dari tulisan di kertas itu, karena yang tertulis di kertas itu bukanlah tulisan pada umumnya, tetapi tulisan yang menggunakan aksara jawa yang tak banyak orang tahu.

Di sisi lain, Lisa yang sebelumnya sudah sempat tenang kembali meraung dan menangis pilu. Entah apa yang merasuki dirinya sehingga dia seperti itu. Ataukah hal itu memanglah sebuah luapan perasaan dalam dirinya yang selama ini dipendam olehnya. Karena diketahui kehidupannya yang cukup memprihatinkan.

Menjadi anak broken home , yang tinggal bersama ayah dan adiknya, jauh dari ibu, mungkin menjadikannya sering melamun dan pikiran kosong bisa menjadi salah satu pemicu kerasukan ataupun mendapat gangguan dari yang ghoib. Beberapa saat kemudian, Lisa tampak sudah kembali normal setelah mendapat penanganan dari para pelatih.

Sephia yang masih dalam keadaan setengah tak sadar membuat sang kakak yang setia mendampinginya kembali merasa cemas, karena tiba-tiba dia menangis sesenggukan. Para pelatih yang tadi berkumpul mendiskusikan tulisan kuno yang ditulis oleh Sephia pun kembali mendekat. Berusaha bernegosiasi dengan makhluk yang bersemayam dalam diri Sephia agar segera meninggalkan raga itu. Awalnya memang cukup sulit. Sosok itu tak mau pergi. Tapi, kurang lebih setelah 15 menit bernegosiasi, sosok itu mau pergi meninggalkan raga yang ia rasuki.

Setelah raganya terlepas dari belenggu makhluk itu, Sephia tampak sangat lemas. Tetapi, sang kakak yang berada di sampingnya langsung menangkap tubuh adiknya yang hampir limbung lalu di sandarkan pada pundaknya. Livy yang berada tak jauh dari tempat Sephia dan kakaknya diminta oleh salah satu pelatih untuk memberikan air minum kepada temannya itu agar bisa kembali pulih tenaganya.

Tak lama setelah kejadian-kejadian aneh malam itu, dan Sephia pun sudah bisa dan cukup kuat untuk berdiri sendiri walau masih di bantu sang kakak untuk berjalan. Latihan pada malam itu pun segera di akhiri dengan pembacaan do’a bersama. Do’a penutup latihan yang biasanya dilakukan dengan berdiri, malam itu dilakukan dengan duduk bersila. Melihat kondisi Sephia yang kiranya belum cukup kuat untuk berdiri dalam waktu yang cukup lama.

Do’a itu di pandu oleh Livy yang beradadi posisi paling kanan, tepat disebelah Sephia, dan dipimpin oleh salah satu pelatih. Sedangkan para pelatih yang lain berada di sekeliling para siswa membentuk lingkarang.

Pada saat berdo’a mata harus terpejam. Dan pada saat itu, Sephia kembali ditemui oleh sosok wanita yang mungkin merasukinya tadi. Sephia merasakan bahwa dia seperti berada di halaman sekolah itu sendiri tanpa ada orang lain.

Lalu sosok itu berada di ujung lorong sekolah, tepatnya di depan toilet. Sosok itu berbaju putih panjang menjuntai hingga lantai, berambut panjang dan terlihat sedikit menunduk sehingga sebagian wajahnya tertutupi oleh rambutnya. Akan tetapi, satu matanya yang tak tertutup seperti melihat ke arah Sephia dengan tatapan tajam. Sephia seperti ter-distrack di tempat itu, tak bisa bergerak walau hanya sekedar mengedipkan mata pun tak bisa.

Makin lama di lihat, sosok itu terasa makin mendekat ke arahnya dan Sephia pun makin merasa ketakutan. Walau begitu, tubuh aslinya masih sepenuhnya dalam kendali dan masih bisa bergerak, lalu ia berusaha memberi kode pada Livy dengan menyenggolkan sikunya pada siku Livy agar segera menyelesaikan do’anya. Tapi Livy tetap tak merespon karena pelatih yang jadi pemimpin do’a belum memberi kode bahwa do’a selesai.

Sephia makin panik karena sosok itu semakin dekat dengannya. Dan satu detik kemudian …

Jrengggg……

Sosok itu tepat berada di depan wajahnya. Wajah sosok itu terlihat separuh cantik dan putih bersih. Tapi, separuh wajahnya lagi tampak buruk, mata tampak berwarna hitam semua, dengan darah yang memenuhi sebagian wajahnya dan sedikit tertutupi oleh rambut.

Dan pada saat yang bersamaan, akhirnya do’a pun selesai. Pemimpin do’a sudah memberi kode dan Livy yang menjadi pemandu juga sudah memberi aba-aba bahwa do’a selesai. Setelah membuka mata, Sephia dengan sejuta perasaan yang campur aduk dan wajah terlihat pucat menatap ke Livy dengan aneh. Livy yang sekilas membalas tatapan itu lalu dia membantu Sephia untuk berdiri dan dituntun ke arah motor yang sudah siap dikendarai oleh kakaknya. Dibantu siswa lain, Sephia segera di arahkan ke boncengan. Setelah itu, tubuhnya diikat ke tubuh sang kakak dengan kain mori yang menjadi sabuk milik sang kakak.

Semua siswa dipulangkan dengan diiringi para pelatih hingga selamat sampai ke rumah masing-masing.(*)

Bunga Mayang, Lampung Utara
15 Februari 2025

Bionarasi :
Dwi Septi Lestari, seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak, putra dan putri. Berdomisili di Bunga Mayang, Lampung Utara. Perempuan yang hobi membaca dan menulis.

Baru berkecimpung dalam dunia literasi, berharap karyanya dapat dikenal dan dinikmati oleh banyak orang dan bermanfaat.

Juga menjalani bisnis via online dan offline, SR12 Herbal Skincare. Mottonya, “Mengubah mimpi menjadi nyata”. Bisa disapa melalui akun Facebook “Jihan dan Aksa”.