Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Lokakarya Ortografi Hasilkan 3 Draft Buku Pedoman Berbahasa

February 21, 2025 18:45
IMG-20250221-WA0080

Laporan Sadri Ondang Jaya

Subulussalam, Hatipena – Lokakarya Ortografi Bahasa Daerah yang berlangsung selama empat hari di Kota Subulussalam pada Selasa–Jumat (18–21/2/2025) berhasil menghasilkan tiga draft buku pedoman bahasa daerah.

Draft buku pedoman bahasa daerah tersebut mencakup Bahasa Singkil, Bahasa Pesisir Aceh Singkil, dan Bahasa Aneuk Jamee.

“Penyusunan pedoman sistem penulisan ketiga bahasa daerah ini dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Namun, ketelitian dan kedalaman kajian tetap menjadi prioritas utama,” ujar Dani Ella, pengurus Suluh Insan Lestari Jakarta sebagai penyelenggara kegiatan, Jumat (21/2/2025).

Dani Ella menjelaskan bahwa setiap kelompok bahasa mendiskusikan dan menyusun pedoman ortografi yang mencakup aturan penulisan, kaidah ejaan, hingga struktur kebahasaan masing-masing.

Setelah draf awal rampung, tim penyusun akan melakukan konfirmasi, pendalaman, dan pengayaan materi dalam rentang waktu dua bulan sebelum diterbitkan sebagai buku pedoman resmi.

“Pengayaan materi dilakukan melalui diskusi bersama narasumber, tokoh masyarakat, penutur asli, serta pihak-pihak yang berkompeten. Setelah tercapai kesepahaman di masyarakat, dilakukan penyuntingan dan finalisasi sebelum buku dicetak,” tambahnya.

Draft ini tidak hanya membahas aturan ortografi, tetapi juga mengulas sejarah, kaidah kebahasaan, huruf konsonan dan vokal, kosa kata, penulisan kalimat serta tantangan penggunaan di era digital.

Suherlin S.Pd salah satu peserta yang mewakili Bahasa Pesisir Aceh Singkil, menekankan, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga cerminan peradaban.

“Ortografi yang tertata rapi menjadi pilar utama dalam menjaga keutuhan dan keteraturan suatu bahasa,” ujarnya.

Ditambahkan, dengan ejaan yang baku, tidak hanya menyatukan cara berkomunikasi, tetapi juga melestarikan identitas linguistik yang kaya dan beragam.

Meski demikian, Suherlin mengakui bahwa draf buku ini masih memerlukan penyempurnaan.

“Kami berharap berbagai pihak yang memahami sistem kebahasaan ketiga bahasa ini dapat memberikan masukan agar hasil akhirnya lebih komprehensif dan bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya.

Tiga draft buku ini diharapkan menjadi landasan bagi pelestarian dan pengembangan bahasa Singkil, bahasa Pesisir Aceh Singkil dan Bahasa Aneuk Jamee sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat penutur.

Kemudian peserta Lokakarya Ortografi juga berkomitmen dan merekomendasi untuk menyusun kamus masing-masing bahasa Singkil, Pesisir dan Aneuk Jamee.

Menurut Fernando, penyusunan kamus bahasa daerah ini untuk membantu melestarikan bahasa daerah agar tidak punah dan tetap digunakan oleh generasi mendatang.

Selain itu, dengan adanya kamus bahasa memudahkan masyarakat, pelajar, atau peneliti dalam mempelajari dan memahami bahasa daerah.

Membantu orang yang tidak fasih dalam suatu bahasa daerah untuk memahami dan menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari.

Tak kalah pentingnya, tambah Rivaldo, kamus ini untuk merekam kosakata, ungkapan, dan makna kata dalam bahasa daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya suatu masyarakat.

Kemudian, menjadi sumber rujukan bagi penerjemahan dari bahasa daerah ke bahasa lain atau sebaliknya.

“Kamus bahasa daerah adalah alat penting dalam menjaga keberagaman bahasa dan budaya,” tegas Fernando.[*]