Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Kasih Radikal

February 23, 2025 09:52
IMG_20250223_095107

Ilustrasi : istock/ Alexbanny
Penulis : Albertus M. Patty *)

Refleksi Atas Lukas 6:27-38

HATIPENA.COM – Setiap hari ia melihat anak-anak lapar di pinggir jalan, sementara di gedung-gedung megah para pejabat berpesta. Seorang ibu tua menangis karena rumahnya digusur, sementara segelintir orang menimbun tanah dengan tumpukan rupiah. Di manakah keadilan?

Seorang pemuda berbagi makanan dengan seorang gelandangan. Temannya mencibir, “Apa gunanya? Mereka tetap miskin, sementara yang di atas terus menindas.” Tetapi ia menjawab, “Aku memberi bukan untuk mengubah dunia, tetapi agar dunia tidak mengubah hatiku.”

Beginikah kasih yang radikal? Mengasihi bukan karena balasan, tetapi karena kasih adalah satu-satunya jalan melawan kegelapan. Berani melawan ketidakadilan tanpa kebencian. Memaafkan tanpa menyerah pada kejahatan.

Dunia berkata, “Melawan harus dengan kekerasan!” Tetapi Sang Guru berkata, “Kasihilah musuhmu.” Dunia menertawakan kelembutan, tetapi Tuhan memakai kelembutan untuk meruntuhkan kesombongan.

Di jalan-jalan kota yang bising, kasih radikal berbisik di hati nurani. Ia tidak memilih untuk diam, tetapi melangkah, meski sendirian. Ia menyalakan harapan bagi mereka yang tertindas, membagikan roti kepada yang lapar, dan berani berkata benar di hadapan penguasa zalim.

Kasih radikal bukanlah kepasrahan, tetapi perlawanan tanpa kebencian. Ia menolak tunduk pada sistem yang korup. Ia tegas terhadap koruptor pongah bermulut besar, tetapi tetap mengasihi manusia di dalamnya.

Lalu, beranikah kita hidup dengan kasih yang radikal? Ataukah kita terus membiarkan ketidakadilan berlalu begitu saja?

Kasih radikal menunggu dengan resah di hati kita. Beranikah kita memanggilnya agar kasih melangkah segera? (*)

Bogor, 23 Februari 2025