Ilustrasi : Meta AI/ Rizal Pandiya
Cerpen M. Taufik
HATIPENA.COM – Di sebuah kampung kecil bernama Kampung Hijau, masalah sampah telah menjadi momok menakutkan. Setiap sudut jalan dipenuhi plastik bekas, sungai menghitam karena limbah, dan bau busuk menyengat ke mana-mana. Warga mulai terbiasa dengan pemandangan itu, seolah tak ada solusi.
Di tengah kondisi itu, seorang pemulung tua bernama Pak Rahmat tetap setia mengais rezeki dari tumpukan sampah. Berbeda dengan kebanyakan orang, ia tidak hanya mengumpulkan barang bekas, tetapi juga memilah sampah organik dan anorganik.
“Sampah itu bukan musuh, tapi amanah,” ucapnya suatu hari kepada anak-anak yang menertawakannya.
Suatu sore, ia menemukan seorang pemuda duduk termenung di pinggir sungai yang penuh sampah. Pemuda itu bernama Fajar, mahasiswa yang pulang ke kampung setelah lama merantau.
“Pak, kenapa kampung ini makin kotor?” tanya Fajar.
Pak Rahmat menghela napas. “Karena manusia lupa bahwa bumi ini titipan Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: ‘Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya…’ (QS. Al-A’raf: 56).”
Fajar tertegun. “Jadi kita harus mulai dari mana, Pak?”
“Mulai dari diri sendiri,” jawab Pak Rahmat. “Rasulullah SAW bersabda: ‘Kebersihan itu sebagian dari iman’ (HR. Muslim). Kalau kita beriman, kita harus menjaga kebersihan dan lingkungan.”
Program 3R di Sekolah Unggul
Kata-kata Pak Rahmat menggugah hati Fajar. Ia pun mengajak pemuda kampung untuk memulai gerakan bersih-bersih. Tidak hanya itu, Fajar yang juga seorang guru di Sekolah Unggul Cendekia mengusulkan penerapan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di sekolahnya.
- Reduce (Mengurangi Sampah)
Di sekolah, para siswa diajarkan untuk membawa botol minum sendiri agar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kantin sekolah juga mengganti bungkus plastik dengan daun pisang atau kertas daur ulang. - Reuse (Menggunakan Kembali)
Siswa diajak untuk menggunakan kembali barang yang masih bisa dimanfaatkan, seperti membuat tas dari kaos bekas atau menggunakan kertas bekas untuk mencatat. Bahkan, botol plastik bekas diubah menjadi pot tanaman hias. - Recycle (Daur Ulang)
Sekolah membangun Bank Sampah, di mana setiap siswa dapat menukar sampah plastik atau kertas dengan alat tulis atau tanaman. Selain itu, sampah organik dari kantin diolah menjadi pupuk kompos untuk kebun sekolah.
Dengan program ini, Sekolah Unggul Cendekia tidak hanya menjadi lebih bersih, tetapi juga menjadi contoh bagi sekolah lain dalam menjaga lingkungan.
Perubahan di Kampung Hijau
Kesadaran warga kampung pun meningkat. Anak-anak mulai membuang sampah pada tempatnya, ibu-ibu membuat kerajinan dari limbah plastik, dan bapak-bapak memanfaatkan sampah dapur untuk pupuk. Sungai yang dulu hitam kini mulai jernih kembali.
Melihat perubahan itu, Pak Rahmat tersenyum. “Kalian sudah membuktikan bahwa Islam bukan hanya soal ibadah, tapi juga soal menjaga bumi ini.”
Fajar mengangguk. “Benar, Pak. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu khalifah di muka bumi…’ (QS. Fatir: 39). Artinya, kita harus menjaga amanah ini dengan baik.”
Sejak saat itu, Kampung Hijau benar-benar menjadi hijau, bukan hanya dalam nama, tetapi juga dalam tindakan. Semua bermula dari satu langkah kecil—kesadaran bahwa sampah bukan sekadar benda tak berguna, melainkan tanggung jawab bersama.(*)
Tamat