Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Ini Lakonku, Mana Lakonmu?

March 7, 2025 13:16
IMG-20250305-WA0009

Pipiet Senja

HATIPENA.COM – Kelakuan Manini Zein nih….
Di mana saja
Kapan saja
Darah obatnya

Sudah macam Drakuli saja nih nenek-nenek.

Begini, Bestie.
Mau cerita saja, tentang lakonku sendiri. Moga bisa menjadi semangat, menginspirasimu. Agar tidak menyerah dengan nestapa yang menghampirimu.

Pada 16 Mei 2025 umurku 69 tahun. Konon, aku pasien Thallasemia tertua di Indonesia, menurut seorang Profesor pakar Hematologi.

Alhamdulillah tabaralallah. Seolah keajaiban demi keajaiban menghampiriku satu demi satu.

Bayangkan saja, sejak umur 17 sudah divonis harapan hidupku tipis. Kalau tak dibilang: sebentar lagi kamu gameover!

Selain penyakit bawaan, saat itu segala komorbid berdatangan. Menghajar tubuhku yang ringkih. Thallasemia, gerd lambung, ashma bronchiale, thypus…. Pokoknya samakbreeeek!

Konon, menurut cerita ortu, selama 21 hari aku diisolasi. Bapak bilang: “Kamu sudah mati suri, barangkali….”

Istilah karennya koma. Sejak lolos dari ruang isolasi itu, adakalanya aku melihat sesuatu entahlah.

Sesuatu itu bisa berwujud nenek-nenek, si cantik dengan rambut terurai panjang. Mengajak jalan yang tak pernah kupedulian.

Mereka kulihat di lorong rumah sakit, di bawah jembatan, di pinggir jalan, di Curug Dago, di beberapa lokasi.

Bahkan di Negeri Beton pun ada menampakkan wujud, seperti sosok vampir. Pokoknya mah hiiiiiy saja!

Tak berani aku untuk mengangkatnya dalam novel. Hanya pernah kujadikan beberapa cerpen. Segera kuhentikan. Sebab ditegur guruku dari Banten.

“Menulis yang baik-baik sajalah, Neng. Yang menyemangati dan mencerahkan. Jangan pernah bikin karya yang vulgar dan menyesatkan….”

Ya, ada banyak keajaiban kuterima.
Saat dalam kondisi sakit, terpuruk tak punya rumah, mendadak diajak Umroh lantas Haji.

Ijazah hanya esempe. Alhamdulillah pernah diundang ke beberapa negara sebagai pembicara. Sastrawati, konon, ya Bestie.

Menjalani 9 kali operasi, 3 kali dinyatakan koma. Dan inilah Manini masih bertahan.

Sesungguhnya aku wajib banyak bersyukur. Terutama jika melihat pasien di ICU. Ternyata banyak yang lebih parah kondisinya. Kanker otak stadium akhir. Autoimun yang tiap saat jerit kesakitan, merengek minta morfin. Ya Allah….

Fakta!
Tiada yang musykil bagi Allah Swt.
Kun fayakun!

Selamat sahur, Bestie. Ini malam ke 5, kità perbanyak ibadah dan berdoa. Semoga anak cucu punya masa depan cerah, jadi generasi emas. Semoga para pemimpin bangsa amanah, tidak berkelanjutan zalim.
Indonesia damai sejahtera.
Allahu Akbar!

Menunggu darah untuk transfusi ke sekian kalinya.
RSUI, suatu hari dalam hidupku.(*)