Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Wismar Perintis Sekolah Perempuan di Simalungun

March 8, 2025 15:36
IMG_20250308_153513

Chris Poerba

HATIPENA.COM – Pada tahun 1915, sekolah perempuan telah berdiri di Simalungun.

Namun, tahukah anda? Bila perintis sekolah perempuan tersebut adalah seorang laki-laki. Seorang pendeta pertama di Simalungun, pribumi nusantara yang menerjemahkan Alkitab secara mandiri, dan pendiri gereja.

Hal ini terjadi setelah Djaulung Wismar Saragih merintis dan mendirikan sekolah perempuan pertama, yaitu Sekolah Puteri di Rayausang, tanggal 3 Desember 1915, di tanah Simalungun. Walaupun belum ada kepastian kapan tanggal berdirinya Sekolah Putri tersebut, namun bulan Desember 1915 telah terdapat sekolah perempuan di Simalungun.

Tanggal 3 Desember dapat digunakan sebagai momen pengingat, karena tanggal tersebut tertulis di dalam buku terakhir yang ditulisnya “Memorial Peringatan Pendeta J. Wismar Saragih (Marsinalsal). Jakarta: BPK Gunung Mulia (1977)

Sebagai sebuah perbandingan dengan para perintis sekolah perempuan, maka: Dewi Sartika merintis ‘Sakola Istri’ Jawa Barat (16 Januari 1904); Roehana Koeddoes merintis ‘Kerajinan Amai Setia’. Sumatera Barat (Februari 1911).

Kemudian R.A Kartini dan ‘Sekolah Kartini’ Semarang (1912) didirikan Yayasan Kartini oleh Keluarga Kartini Deventer seorang tokoh Politik Etis.

Namun, dari ketiga nama telah disebut, maka di Simalungun sekolah perempuan dirintis oleh seorang laki-laki. Wismar merupakan seorang laki-laki yang merintis sekolah perempuan di antara para perempuan yang merintis sekolah perempuan pada kurun waktu tahun 1900-an.

Melalui Djaulung Wismar Saragih Sumbayak sebagai misionaris pribumi, pendiri gereja, pendeta, perintis sekolah perempuan, dan seorang laki-laki, maka hal ini menunjukkan bahwa pemajuan emansipasi perempuan dan kesetaraan gender bukan semata-mata urusan perempuan, melainkan perjuangan bersama atas nama kemanusiaan.(*)

Selamat Hari Perempuan Internasional

Jakarta, 08/03/2025