Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Gravitasi Keuangan di Balik Anggaran MBG

March 9, 2025 12:44
IMG-20250309-WA0083

Penulis : Ririe Aiko

HATIPENA.COM – Di negeri ini, setiap rupiah yang dialokasikan untuk rakyat seolah melewati perjalanan spiritual. Dari angka yang semula tertera dalam dokumen perencanaan, entah bagaimana caranya, anggaran itu mengecil seiring waktu, seperti permen yang terus dihisap hingga tinggal sisa-sisa di ujung lidah.

Terbaru, program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang semestinya menjadi penyelamat bagi mereka yang butuh asupan layak, justru menjadi ajang sulap anggaran. Dari Rp10.000 per porsi, kini hanya tersisa Rp8.000. Apakah harga bahan pangan tiba-tiba turun drastis? Atau mungkin ada inovasi teknologi yang bisa menciptakan gizi lebih banyak dengan dana lebih sedikit? Ah, sayangnya, bukan itu jawabannya.

Ini bukan pertama kali. Bukan rahasia umum lagi, pada masa pandemi Covid-19, kita melihat keajaiban serupa. Bantuan sosial yang dikabarkan bernilai Rp2,4 juta per kepala keluarga tiba-tiba menyusut menjadi Rp1,5 juta saat sampai di tangan rakyat. Kemana larinya selisih Rp900.000 itu? Mungkin tersangkut di lorong birokrasi yang penuh belokan. Mungkin menguap ke udara seperti gas tak kasat mata. Atau mungkin, ya mungkin saja, ada tangan-tangan yang lihai memotong jatah dengan dalih “biaya operasional.”

Dan begitulah pola yang terus berulang: Dari pusat ke daerah, anggaran makin mengerucut. Apakah ini semacam hukum gravitasi keuangan? Ataukah ada tangan-tangan lihai yang bermain di sepanjang aliran dana? Mungkinkah ada “sumbatan” di tengah jalan, seperti pipa yang tersumbat kerak, sehingga hanya tetesan yang sampai ke bawah?

Kita, rakyat kecil, hanya bisa mengamati dengan pasrah, sambil menghitung saldo rekening yang lebih sering numpang lewat, daripada tinggal menetap. Ya, setidaknya kita masih punya integritas dengan tidak mencuri dana kemanusiaan. Tapi entah sampai kapan kita harus menanggung beban ini? Sementara mereka yang pandai “mengalirkan” dana tetap hidup makmur dan makin subur.

Sumber referensi:
https://nasional.kompas.com/read/2025/03/07/16303331/kpk-dapat-laporan-anggaran-mbg-diutak-atik-makanan-seharga-rp-10000-diterima