Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Pedal-Pedal Doa di Jalanan Kota

March 10, 2025 05:43
IMG-20250310-WA0023

Oleh Gunawan Trihantoro
Sekretaris Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah

Refleksi Spiritual dan Sosial di Bulan Ramadan (9)

HATIPENA.COM – Dentingan rantai becak bersahutan dengan adzan,
seorang lelaki tua menyandarkan tubuh letihnya,
di sudut jalan yang tak pernah sepi,
menanti rezeki di antara langkah-langkah tergesa.

Di bawah bayang-bayang menara masjid,
ia duduk, mengelap keringat yang merembes di dahi,
bibirnya kering menahan dahaga,
namun hatinya basah dengan syukur yang tak putus.

“Pak, sampai pasar berapa?”
tanya seorang ibu dengan kantong belanja di tangannya.
Lelaki itu tersenyum,
“Seikhlasnya, Bu. Rezeki sudah ada yang atur.”

Ibu itu mengangguk, naik dengan hati lega.
Becak tua itu berderit,
namun roda tak pernah menolak berputar,
seperti lelaki tua yang tak pernah menolak takdirnya.

Seorang anak kecil menarik lengan bajunya,
matanya berbinar melihat becak itu berhenti.
“Pak, bisa antar aku pulang?”
suara kecil itu mengingatkannya pada anaknya di rumah.
“Tentu, Nak. Duduk yang manis, ya.”

Ia mengayuh lebih pelan,
tak ingin membuat bocah itu terombang-ambing,
seperti hidup yang kadang terlalu keras,
tapi tetap harus dijalani dengan kelembutan hati.

Menjelang magrib, ia pulang dengan kantong sederhana,
cukup untuk berbuka dengan nasi hangat dan teh manis,
cukup untuk tersenyum pada anaknya yang menunggu di depan rumah.

“Ayah pulang!” seru anaknya, berlari memeluknya erat.
Di dunia yang terus berputar,
di jalanan yang tak pernah berhenti bergerak,
ada seorang tukang becak yang tetap teguh,
berpuasa, berdoa, dan mengayuh harapan.(*)

Rumah Kayu Cepu, 9 Maret 2025.