HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Permisi Pak Ridwan Kamil

March 10, 2025 21:10
IMG-20250310-WA0166

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Baru juga istirahat sejenak, follower saya sudah lapor. “Bang, rumah Ridwan Kamil digeledah KPK.” Demi followers saya, baiklah kita kulik kisah sang arsitek top Indonesia, mantan Gubernur Jabar itu.

Senin terasa mendung. Matahari terbit dengan agak malu di langit Bandung. Sinarnya menyapu lembut jalan-jalan yang masih basah oleh embun malam. Burung-burung berkicau, para ibu-ibu kompleks mulai bergosip soal harga cabe. Di kejauhan, suara anak-anak murotal di masjid. Semua terasa normal. Sampai suara deru mobil hitam dengan stiker “KPK” di jendelanya meluncur ke Jalan Rancabentang. Lalu, Jreng! Ketenangan pagi itu remuk dalam hitungan detik.

Tim penyidik KPK turun dari mobil dengan langkah mantap. Mereka bukan lagi sekadar manusia biasa. Mereka adalah prajurit keadilan yang melangkah penuh percaya diri, siap menyingkap tabir kegelapan. Ridwan Kamil mungkin masih terlelap, atau mungkin sedang menyeruput kopi pagi ketika pintu rumahnya diketuk (atau mungkin digedor, siapa tahu). Rumah seorang mantan gubernur, simbol kesuksesan dan prestise, tiba-tiba berubah jadi medan pertempuran antara kebenaran dan… ya, dugaan korupsi.

Ini bukan penggeledahan biasa. Ini penggeledahan yang sudah dirancang dengan presisi. KPK bukan datang karena nyasar atau kebetulan. Mereka sudah memegang Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) sejak 27 Februari 2025. Jadi ini bukan acara dadakan macam orang iseng yang ngetuk pintu jualan tahu bulat. Ini operasi terencana. Seperti babak klimaks dalam film thriller politik, tapi bedanya ini bukan fiksi. Ini realitas. Keringat para penyidik bercucuran, mata mereka awas, mencari setiap kemungkinan jejak korupsi yang tersembunyi di balik sofa, laci, atau mungkin di dalam kotak camilan.

Dugaan korupsinya? Dana iklan Bank Jabar Banten (BJB). Kalau selama ini ente merasa iklan BJB muncul terlalu sering di TV dan bahkan muncul di mimpi Anda, mungkin ini penyebabnya. Apakah ada uang yang mengalir tidak semestinya? Apakah ada kontrak gelap yang bersembunyi di balik kalimat “Bank Jabar Banten, solusi keuangan Anda”? KPK tampaknya yakin ada sesuatu yang mencurigakan. Mereka mencari, menyisir, dan meneliti setiap sudut rumah Ridwan Kamil seperti detektif yang sedang berburu pelaku pembunuhan berantai.

Ridwan Kamil, di sisi lain, tampil elegan seperti biasa. Wajahnya tenang, tanpa setetes keringat. Dia membenarkan rumahnya digeledah. Kooperatif, katanya. Siap membantu KPK dalam proses penyelidikan. Luar biasa. Ini bukan reaksi orang yang sedang panik atau bersalah. Ini adalah ketenangan seorang pria yang mungkin sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi badai. Atau… bisa jadi beliau tahu bahwa badai ini akan berlalu begitu saja. Politik, kawan. Kadang, yang salah bisa jadi benar, yang benar bisa jadi salah, tergantung siapa yang memegang mikrofonnya.

KPK belum mengungkap barang bukti apa yang mereka temukan. Bisa jadi hanya setumpuk dokumen, bisa jadi flashdisk misterius, atau kalau kita mau berfantasi, mungkin mereka menemukan peta harta karun yang mengarah ke pulau rahasia tempat dana iklan itu bersembunyi. Tapi sejauh ini, mereka masih diam. Strategi? Bisa jadi. Atau mungkin mereka masih memproses temuan yang, siapa tahu, bisa mengguncang tatanan perpolitikan Jawa Barat.

Drama ini masih jauh dari kata selesai. Ini baru babak pertama. Ridwan Kamil mungkin sudah menyiapkan pernyataan resmi, atau mungkin sudah mempersiapkan tim pengacara yang akan tampil di depan kamera dengan wajah serius dan penuh keprihatinan. Media sudah mulai berspekulasi, netizen mulai menyusun teori konspirasi, dan kita, rakyat biasa hanya bisa menonton dari kejauhan, sambil bertanya-tanya: “Apakah ini awal dari kejatuhan seorang Ridwan Kamil?” atau “Mungkinkah ini hanya badai kecil yang akan berlalu?”

Apapun hasilnya, satu hal yang pasti, KPK sudah mengetuk pintu. Jika sejarah mengajarkan kita sesuatu, itu adalah bahwa setelah pintu diketuk, sesuatu atau seseorang akan jatuh. Siapkan kopi liberika tanpa gula. Drama ini baru dimulai. (*)

#camanewak