Oleh: Drs. Mochamad Taufik, M.Pd Guru SD Al Hikmah Surabaya
#menulis30esairamadan1446H Esai ke–2
HATIPENA.COM – Dunia saat ini menghadapi ancaman besar dari bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai Polutan Organik Persisten (POP). POP adalah zat kimia beracun yang bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, membahayakan kesehatan manusia, satwa liar, dan ekosistem secara keseluruhan. Menurut laporan Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (2021), POP dapat terakumulasi dalam organisme hidup (bioakumulasi), masuk ke tubuh manusia melalui makanan, ASI, dan plasenta (paparan), serta menyebar jauh melalui udara dan air (transportasi).
Dampak POP terhadap Kesehatan dan Lingkungan
POP sebagian besar berasal dari aktivitas manusia, terutama dalam penggunaan pestisida, insektisida, pelarut, farmasi, dan bahan kimia industri. Laporan World Health Organization (2022) menegaskan bahwa paparan POP dapat menyebabkan gangguan hormonal, sistem imun yang melemah, kanker, serta gangguan perkembangan otak pada anak-anak. Bahkan, penelitian Jones & de Voogt (2020) menunjukkan bahwa konsumsi ikan yang terkontaminasi POP dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan gangguan sistem saraf pusat.
Tidak hanya manusia yang terdampak, satwa liar juga berada dalam bahaya. Studi Bourguignon et al. (2021) menemukan bahwa spesies predator seperti elang dan paus mengalami penurunan populasi drastis akibat bioakumulasi POP dalam tubuh mereka. Ini membuktikan bahwa POP bukan hanya ancaman bagi individu, tetapi juga bagi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Generasi Z: Harapan Baru untuk Menyelamatkan Bumi
Sebagai generasi yang tumbuh di era informasi, Generasi Z memiliki peran penting dalam menyuarakan dan bertindak untuk mengurangi pencemaran POP. Dalam studi yang dilakukan oleh UNEP (2023), generasi muda lebih peduli terhadap isu lingkungan dibanding generasi sebelumnya, terutama dalam mendukung kebijakan ramah lingkungan dan praktik keberlanjutan. Namun, kepedulian ini harus ditingkatkan dengan aksi nyata, seperti:
- Mengurangi Penggunaan Produk Berbahan POP
Banyak produk rumah tangga, seperti pestisida dan plastik berlapis Polytetrafluoroethylene (PTFE), mengandung senyawa POP. Generasi Z dapat memilih alternatif ramah lingkungan dan mendukung produk berbahan alami. - Mengampanyekan Kesadaran Publik
- Menurut Kajian Greenpeace (2022), media sosial menjadi alat paling efektif untuk menyebarkan informasi tentang bahaya POP. Generasi Z dapat memanfaatkan platform ini untuk mengedukasi teman sebaya dan masyarakat luas tentang pentingnya mengurangi bahan kimia berbahaya.
- Menekan Industri untuk Bertanggung Jawab
Perusahaan besar masih menggunakan POP dalam produksi mereka. Studi Köhler & Rastogi (2021) menyarankan bahwa tekanan publik melalui petisi, boikot, dan advokasi dapat mendorong industri beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan. - Mendukung Kebijakan yang Berkelanjutan
Beberapa negara telah melarang atau membatasi penggunaan POP, tetapi implementasi masih lemah. Generasi Z dapat berperan dalam mendorong kebijakan yang lebih ketat dan menuntut akuntabilitas pemerintah dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
Kesimpulan: Saatnya Bertindak!
Sebagaimana disampaikan dalam hadis Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang menanam pohon, maka Allah akan mencatat pahala baginya selama pohon itu masih memberikan manfaat.” (HR. Ahmad)
Hadis ini mengajarkan bahwa setiap tindakan kecil dalam menjaga lingkungan bernilai besar di sisi Allah. Generasi Z memiliki kesempatan emas untuk menjadi agen perubahan dalam menyelamatkan bumi dari dampak bahan kimia berbahaya. Dunia tidak membutuhkan lebih banyak orang yang hanya mengeluh—dunia butuh pemuda yang bergerak dan berani mengambil tindakan.
Kini, pilihan ada di tangan kita: tetap menjadi generasi yang diam atau menjadi generasi yang bergerak untuk masa depan yang lebih bersih dan sehat.(*)