Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Misi Mustahil Timnas vs Australia

March 19, 2025 05:31
IMG-20250319-WA0015

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Dulu, bulutangkis jadi pelipur lara negeri ini. Lalu, diganti Timnas sepakbola. Semenjak STY dipecat, banyak pesimis masa depan squad Garuda. Esok, semua jadi pertaruhan puncak buat pasukan Patrick Kluivert. Bila menang, Timnas jadi pelipur lara di tengah anjloknya pasar saham. Bila kalah, bersiap PSSI, dan Erick Thohir bakal dihantam badai. Sahur sudah, ngopi sudah, yok kita kupas seperti apa peluang Timnas lawan Kanguru.

Timnas akan menghadapi Ausie di Sydney Football Stadium pada esok. Misinya, Lolos Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tingkat kesulitan, selevel menyelamatkan dunia dari invasi alien tanpa senjata.

Seluruh pemain dinyatakan bugar dan bebas cedera. Ini prestasi besar, mengingat beberapa minggu lalu ada yang keseleo waktu main futsal di parkiran. Emil Audero, Sandy Walsh, dan Rafael Struick sudah siap bertarung. Kalau kalah, minimal mereka bisa jadi bintang iklan vitamin atau suplemen otot.

Pelatih Patrick Kluivert memimpin sesi latihan intensif. Fokusnya? Adaptasi cuaca, penguatan taktik, dan belajar menerima kenyataan kalau kebobolan lima gol itu masih termasuk “perlawanan yang baik.” Latihan bertahan melibatkan simulasi menghadapi serangan balik cepat, kalau gagal, latihan dilanjutkan dengan sesi terapi mental dan nonton ulang highlight kemenangan Leicester City di Premier League buat motivasi.

Dukungan penuh datang dari Erick Thohir. Katanya, masyarakat Indonesia diminta berdoa. Tapi, kalau di menit ke-10 kita sudah kebobolan dua gol, tolong upgrade doanya jadi doa qunut nazilah. Tim berangkat dalam dua gelombang supaya nggak jet lag. Kalau masih kelelahan di lapangan? Ya, mungkin lain kali kita coba berangkat tiga hari sebelumnya… atau langsung main di liga antar-kecamatan saja biar menang.

Australia? Tim kuat. Pemain mereka tinggi-tinggi, ototnya kayak tokoh anime, larinya secepat delivery makanan kalau kita kasih tip gede. Kalau Garuda sampai bisa mencetak gol, kita wajib bikin parade kemenangan nasional, bawa trofi ke Monas, dan bikin tugu peringatan di depan Gelora Bung Karno.

Isu naturalisasi mulai jadi perbincangan panas. Media Jepang bilang, ini bukan Timnas Indonesia, tapi “Timnas Belanda cabang Asia Tenggara.” Tenang, kita nggak bakal jadi koloni Belanda lagi… mungkin. Beberapa pemain masih pegang paspor Belanda. Kalau suatu hari mereka tiba-tiba absen karena “ada urusan mendadak di Amsterdam,” ya, kita maklumi saja. Gonzales bilang mereka sudah jadi bagian dari bangsa Indonesia. Oke, besok kita tes, bisa nggak mereka bedain tempe mendoan sama tempe goreng biasa?

Australia bakal jadi ujian sesungguhnya. Kalau menang, kita bakal masuk headline seluruh dunia. Kalau kalah? Ya, kita kembali ke rutinitas biasa, ngopi, nonton Liga Inggris, dan berandai-andai, “Kalau Messi jadi WNI, mungkin kita bisa juara.”

Mari kita dukung Timnas. Kalau mereka menang, kita rayakan. Kalau kalah… ya udahlah, yang penting udah usaha. Garuda di dadaku, beban di lututku. So, jangan lupa siapkan kopi dan pisang goreng buat nonton aksi perdana squad Patrick Kelipet, eh salah, Patrick Kluivert. (*)

#camanewak