Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Bangkitkan Budaya Literasi! Indonesia Harus Keluar dari Krisis Baca-Tulis

March 19, 2025 17:31
IMG-20250319-WA0171

#menulis30esai_opinitomadhon1446H Esai ke-6:

Oleh: Drs.Mochamad Taufik, M.Pd Guru SD Al Hikmah Surabaya

Membaca dan Menulis: Pilar Peradaban yang Terabaikan

HATIPENA.COM – Membaca dan menulis bukan sekadar keterampilan, melainkan fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa peradaban besar selalu ditopang oleh budaya literasi yang kuat. Namun, ironisnya, Indonesia masih tertinggal dalam hal ini. Data menunjukkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia masih jauh dibandingkan negara-negara maju. Jika kondisi ini terus berlanjut, bagaimana Indonesia bisa bersaing di era globalisasi yang serba cepat ini?

Rendahnya Minat Baca di Indonesia: Fakta yang Mengkhawatirkan

Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), TGM nasional tahun 2024 mencapai 72,44, lebih tinggi dari target 71,3 dan capaian tahun 2023 sebesar 66,77 (Perpusnas). Meski ada kemajuan, angka ini masih masuk kategori sedang, bukan tinggi.

Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, kualitas literasi Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini terlihat dalam hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang menunjukkan skor literasi membaca siswa Indonesia hanya 359, menurun 12 poin dari tahun 2018 yang mencapai 371.

Perbandingan Skor PISA 2022 antara Indonesia dan 10 Negara Tertinggi

(DetikEdu)

Tertinggal 200 poin dari Singapura! Ini adalah tamparan keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Jika terus dibiarkan, bagaimana generasi muda kita bisa bersaing dengan negara lain?

Menulis: Senjata Perubahan yang Terlupakan

Membaca saja tidak cukup! Literasi sejati tidak hanya tentang memahami teks, tetapi juga mampu menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Namun, budaya menulis di Indonesia masih sangat minim.

Menulis adalah alat yang mampu mengasah berpikir kritis, memperkaya kosa kata, dan membangun wawasan yang lebih luas. Dengan menulis, seseorang bisa mengartikulasikan pemikirannya, menginspirasi orang lain, bahkan mengubah dunia. Sejarah mencatat, para pemikir besar seperti Ibnu Khaldun, Al-Farabi, hingga Bung Karno dan Hatta adalah penulis yang produktif. Mereka tidak hanya membaca, tetapi juga menulis untuk menyebarkan gagasan dan membangun perubahan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Meningkatkan budaya membaca dan menulis bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab kita semua. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:

  1. Akses Bacaan Berkualitas untuk Semua
    Pemerintah dan masyarakat harus memastikan bahwa setiap individu memiliki akses ke buku dan bahan bacaan berkualitas, baik cetak maupun digital.
  2. Integrasi Literasi dalam Kurikulum
    Sekolah harus memperkuat kurikulum berbasis literasi, dengan lebih banyak kegiatan membaca dan menulis yang menantang serta membangun kreativitas siswa.
  3. Gerakan Menulis Nasional
    Selain membaca, kebiasaan menulis harus ditanamkan sejak dini. Lomba menulis, jurnal siswa, dan platform publikasi digital harus diperbanyak.
  4. Manfaatkan Teknologi Digital
    Dengan hadirnya platform digital seperti blog, e-book, dan media sosial berbasis edukasi, membaca dan menulis bisa menjadi lebih menarik bagi generasi muda.

Gen Z, Saatnya Bangkit!

Kita sering mendengar bahwa Generasi Z adalah generasi yang inovatif dan cerdas. Tapi, jika masih malas membaca dan enggan menulis, bagaimana bisa berkontribusi untuk bangsa? Jika generasi sebelumnya bisa berjuang dengan senjata, maka Gen Z harus berjuang dengan pena dan ilmu pengetahuan.

Lihatlah Pangeran Diponegoro! Seorang pemimpin yang tidak hanya hebat di medan perang, tetapi juga memiliki pemikiran mendalam tentang Islam dan strategi perang. Beliau belajar dari kitab-kitab Islam, berdiskusi dengan ulama, dan menulis berbagai pemikiran strategis. Seandainya beliau hanya berdiam diri, tanpa ilmu dan literasi yang kuat, mungkin perlawanan terhadap Belanda tidak akan sehebat itu.

Jangan biarkan budaya literasi mati di tangan kita! Bangkitlah, ambil buku, baca, tulis, dan jadilah bagian dari perubahan!

“Jika kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah!” – Imam Al-Ghazali.

#IndonesiaMembaca

#AyoMenulis

#GenZBangkit