HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Mitos di Balik Kerajaan Tua

March 22, 2025 16:28
IMG-20250322-WA0106

Mohammad Medani Bahagianda
(Dalom Putekha Jaya Makhga)

Hikayat Kerajaan Sekala Brak Lampung

HATIPENA.COM – Di tengah hutan lebat yang mengelilingi pegunungan Bukit Barisan, ada sebuah kerajaan tua yang dikenal dengan nama Sekala Brak. Kerajaan ini terletak di wilayah yang kini dikenal sebagai Lampung, dan diyakini sebagai tempat lahirnya suku-suku asli yang mendiami tanah Lampung.

Meski sudah berlalu berabad-abad, legenda Sekala Brak masih hidup dalam cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Konon, Sekala Brak adalah kerajaan yang dibangun di atas landasan mitos dan keajaiban. Kisahnya dimulai dari seorang tokoh sakti bernama Puyang Sekala, yang dipercaya sebagai pendiri kerajaan ini.

Puyang Sekala bukanlah manusia biasa. Ia memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa, dan mampu berkomunikasi dengan alam dan makhluk gaib. Di tangannya, hutan yang luas berubah menjadi pusat peradaban yang makmur.

Di puncak kejayaannya, Sekala Brak dipimpin oleh seorang raja bijaksana yang dihormati oleh seluruh rakyatnya. Raja ini, yang dikenal sebagai Umpu Pernong, memiliki kebijaksanaan yang sebanding dengan kekuatan fisiknya.

Di bawah kepemimpinannya, Sekala Brak menjadi kerajaan yang tak terkalahkan. Namun, di balik kejayaannya, tersembunyi mitos dan misteri yang tak terungkap, sebuah rahasia yang diyakini menjadi kunci dari kekuatan besar yang melindungi kerajaan.

Suatu malam yang tenang, di tengah hutan rimba yang gelap, seorang perempuan tua yang dikenal sebagai penenung desa mendatangi istana raja. Rambutnya sudah memutih, wajahnya penuh dengan kerutan, tetapi matanya masih menyala dengan kilatan misterius.

Ia membawa pesan penting dari dunia gaib, pesan yang hanya bisa disampaikan kepada Raja Umpu Pernong.

“Yang Mulia,” ucap perempuan itu dengan suara bergetar, “datanglah malam ini ke Bukit Suci. Aku telah mendengar bisikan leluhur, dan mereka punya ramalan untukmu.”

Raja Umpu Pernong, yang selama ini selalu percaya pada kekuatan alam dan arwah leluhur, tidak mengabaikan peringatan itu.

Malam itu juga, di bawah langit yang diselimuti kabut, ia mendaki Bukit Suci bersama dengan penenung tua. Di puncak bukit, mereka menyalakan dupa dan memulai ritual kuno.

Suara angin mendesir di antara pepohonan, dan tiba-tiba dari kegelapan, muncul sosok bayangan yang dikenali oleh Raja Umpu sebagai Puyang Sekala, leluhur besar mereka.

Sosok gaib itu berbicara dengan suara berat, “Anak cucuku, Sekala Brak berada di ambang kehancuran.

Sebuah kekuatan besar dari luar akan datang, membawa peperangan dan kebinasaan. Hanya dengan kebijaksanaan dan keberanianmu, kerajaan ini bisa bertahan.”

Setelah menyampaikan ramalannya, sosok itu menghilang. Raja Umpu Pernong terdiam, merasakan beban yang berat di pundaknya. Ramalan tersebut menandakan ancaman besar bagi kerajaan yang selama ini damai.

Tetapi apa dan siapa yang akan membawa kehancuran itu?
Waktu berlalu, dan Sekala Brak terus hidup dalam kedamaian. Namun, di ufuk barat, bayangan ancaman yang pernah disampaikan oleh Puyang Sekala mulai terasa.

Suatu hari, berita tentang kedatangan pasukan asing mulai menyebar di seluruh kerajaan. Pasukan ini dipimpin oleh bangsa pendatang dari seberang lautan, yang ingin memperluas kekuasaan mereka di tanah Sumatera.

Pasukan asing ini, yang disebut dengan nama orang Majapahit, datang dengan kapal-kapal besar dan senjata yang belum pernah dilihat oleh rakyat Sekala Brak.

Mereka membawa teknologi canggih dan taktik perang yang membuat banyak kerajaan lain di Sumatera takluk dengan mudah.

Raja Umpu Pernong tahu bahwa waktunya telah tiba. Ramalan leluhurnya mulai terwujud. Ia segera mengumpulkan para pemimpin adat dan panglima perang untuk merancang strategi melawan pasukan asing.

Meskipun mereka kalah dalam hal persenjataan, Raja Umpu Pernong percaya bahwa kekuatan mereka terletak pada persatuan dan kebijaksanaan yang diwariskan oleh leluhur mereka.

Di medan perang, pertempuran berlangsung sengit. Pasukan Sekala Brak yang dipimpin langsung oleh Raja Umpu Pernong bertarung dengan gagah berani. Namun, kekuatan pasukan Majapahit terlalu besar. Sedikit demi sedikit, wilayah-wilayah Sekala Brak mulai jatuh ke tangan musuh.

Di hari yang menentukan, Raja Umpu Pernong mengumpulkan pasukan yang tersisa di sebuah lembah yang tersembunyi. Di sana, di hadapan para prajurit yang lelah dan terluka, ia berdiri dengan tegak, memancarkan semangat yang tak pernah padam.

“Sekala Brak adalah tanah leluhur kita,” serunya.

“Tanah yang telah kita jaga selama berabad-abad. Kita mungkin kalah dalam jumlah, tapi kita tak pernah kalah dalam jiwa. Hari ini, kita bertarung bukan hanya untuk kerajaan, tetapi untuk kehormatan dan martabat kita.”

Pertarungan terakhir berlangsung di kaki Gunung Pesagi, gunung suci yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya roh-roh leluhur. Pasukan Sekala Brak bertarung dengan seluruh tenaga dan semangat mereka.

Meskipun mereka tahu kemungkinan untuk menang sangat tipis, mereka tidak menyerah.

Di tengah medan pertempuran, Raja Umpu Pernong bertarung dengan gagah berani. Pedangnya berkilat di bawah sinar matahari, mengalahkan musuh-musuh yang mencoba mendekat. Namun, pada akhirnya, sebuah tombak musuh berhasil menembus pertahanannya, dan raja yang bijaksana itu terjatuh di medan perang.

Meski Raja Umpu Pernong gugur di medan perang, roh perjuangannya tidak pernah mati. Sekala Brak mungkin jatuh di tangan Majapahit, tetapi semangat leluhur dan kebijaksanaan Puyang Sekala tetap hidup di hati rakyat Lampung. Mitos tentang kerajaan tua itu terus diceritakan, menjadi bagian dari sejarah panjang Lampung yang penuh dengan kisah kepahlawanan dan keajaiban.

Rakyat Lampung percaya bahwa meskipun Sekala Brak telah hancur, kekuatan spiritual yang dimiliki kerajaan ini tetap ada. Bukit Suci, tempat Raja Umpu Pernong menerima ramalan leluhurnya, kini menjadi tempat ziarah bagi mereka yang ingin mencari kekuatan dan kebijaksanaan dari leluhur.

Dan hingga kini, mitos Sekala Brak terus diceritakan dari generasi ke generasi. Sebuah kerajaan tua yang penuh misteri dan legenda, yang meskipun telah hilang dari peta sejarah, tetap abadi di dalam hati dan pikiran rakyat Lampung.

Sekala Brak bukan hanya sebuah kerajaan, tetapi simbol keberanian, kebijaksanaan, dan hubungan mendalam antara manusia dengan alam dan leluhur mereka.

Sekala Brak adalah bukti bahwa kerajaan yang besar tidak hanya diukur dari seberapa luas wilayahnya, tetapi dari seberapa kuat warisan spiritual yang ditinggalkannya. Dan di tanah Lampung, Sekala Brak akan selalu menjadi legenda yang abadi. (*)