Anto Narasoma
berlayarlah ibu
sebentar lagi statusmu
akan terbang ke pelataran nusantara
yang dikelilingi mata-mata segaris
segala usaha,
pabrik-pabrik dan atribut
kemeriahan seni dan sastra di panggung pementasan, hanya setumpuk kisah yang kau catat dalam pikiran
berlayarlah ibu,
karena status itu diiming-imingi kekuasaan
yang mengutamakan harga diri dibanding
ribuan kenangan
padahal,
dalam kekentalan bidang
bisnis dan pengelolaan
seni di tiap pita seloloid,
gambar-gambar ibukotamu menjadi film
di dalam kepalaku
maka,
ibu kota dan status perjalanan sejarah
akan menjadi sepotong
jasad yang terkulai mati ditembus kepentingan dinasti keluarga
Palembang, 19 Maret 2024
Anto Narasoma
Jakarta
o lama aku menatap
lewat uraian kata-kata
setelah bajumu berganti
karena wajah ibu kota
kau catat dalam sastra
di panggung pementasan
TIM yang menawarkan gadis-gadis jelita mengungkap kata
ws rendra, sutardji qalzoum bahri, dan aspar paturusi pun, menetapkan lampu-lampu jalan menjadi puisi
sebab,
aktivitas yang berputar
sebagai gasing ; menawarkan diksi
ke setiap ide yang kau catat dalam sajak admimistrasi perkotaan
haruskah kau lepaskan
identitas ibu sebagai
wilayah provinsi
di sepanjang rambutmu
yang kau teriakkan lewat
pembacaan puisi menggetarkan wilayah sastra?
Palembang, 14 Maret 2024
Anto Narasoma
Gubuk Reyot di Kotamu
jakarta, meski tua
wajahmu memancarkan
cahaya aglomerasi
yang menyuapi mulut-mulut menganga tanpa asupan
sebab,
hatimu adalah ruang kesempatan yang berkilat bagai permata
dalam sejarah
apakah baju sulam
yang kau kenakan selama posisi sejuk
sebagai ibu dalam kota negaraku kau lucuti
ke lumpur basah?
o jakarta,
kaulah ibu itu yang
bergelut dalam
berbagai irama
hingga gambang kromong pun berdendang seusai statusmu diboyong
ke tanah nusantara
dari ekonomi, seni,
dan ribuan pekerja ;
menjual eksistensi
bagi gedung-gedung pencakar wajah para koruptor di tanahmu
sebagai kekayaan
literasi di tanah betawi;
kaulah ibu yang beruban
penuh polesan lipstik
maka,
apakah ketuaanmu
sebagai rimba ibukota
akan dilempar ke gugusan hutan tanah nusantara yang menelan
ongkos kemiskinan penghuni gubuk reyot
di kotamu
Palembang, 18 Maret 2024