Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Efek Timnas Kalah 0-6, Bantai Kerapu Bakar

April 15, 2025 11:00
IMG-20250415-WA0029

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Kekalahan Timnas U17 dengan skor menyayat hati 0-6 dari Korea Utara benar-benar membuat dada sesak, mata berair, dan nalar goyah. Ini bukan sekadar kalah, ini semacam pengumuman bahwa harapan kita dikalahkan oleh kenyataan, tanpa perlawanan berarti. Mau marah? Tak bisa. Mau nyalahin rumput stadion? Rumput tak bersalah. Mau nyalahin wasit, apalagi. Maka saya lakukan satu-satunya hal yang logis di tengah absurditas ini, melampiaskan segalanya ke atas piring. Pilihan saya jatuh pada… kerapu bakar.

Usai memberikan pencerahan hidup kepada mahasiswa saya (ya, hidup… bukan soal bola, karena itu terlalu menyakitkan), saya meluncur ke RM Buyung, Jalan Adi Sucipto, Pontianak. Di tengah panas siang dan hati mendidih, hanya satu hal yang bisa menyelamatkan penghuni perut saya, kerapu bakar. Ajaibnya, si kerapu available. Biasanya rebutan, kadang harus bertarung mental dengan pelanggan sebelah yang matanya sama-sama nyala menatap display ikan. Tapi hari ini, semesta seolah berkata, “Tenang, waj. Kamu udah cukup menderita.”

Seekor kerapu bakar, lalapan sawi keriting dan mentimun, serta sambal ijo yang lebih pedas dari komentar netizen, cukup untuk menghidupkan kembali harapan. Kerapu ini tak dibakar sembarangan. Ia diperlakukan seperti anak sulung yang baru lulus cumlaude, disayang, dimanjakan, dan dibumbui dengan sepenuh hati. Tiap suapan seperti penanda bahwa hidup masih layak dijalani, meskipun skor pertandingan tadi seperti candaan kelam dari langit.

RM Buyung bukan rumah makan biasa. Ini adalah zona pemulihan mental kolektif. Spesialis ikan bakar yang jadi langganan para pejabat, polisi, PNS, dan orang-orang seperti saya yang hidupnya keras tapi tetap sayang kolesterol. Tempat ini jadi penyeimbang semesta, murah, nikmat, dan penuh keberkahan. Pemiliknya orang Padang tulen, dan istrinya dari Sambas, kombinasi maut yang menghasilkan masakan seolah-olah bumbu turun dari langit, diaduk malaikat, dibakar dengan sabar oleh nenek moyang kita.

Rasa kecewa karena Timnas kalah perlahan lumer bersama sambal yang membasahi nasi. Saya makan dengan tekun, penuh perasaan, seperti sedang melukis di atas kanvas lidah. Keringat bercucuran, bukan karena panas, tapi karena sambal yang mengguncang iman. Tapi saya bahagia. Untuk sesaat, dunia terasa baik-baik saja.

Kalau ada yang tanya bagaimana cara menghadapi kekalahan 0-6 dari Korea Utara, saya akan jawab, cari kerapu bakar di RM Buyung. Karena di dunia yang tak adil ini, setidaknya masih ada satu hal yang bisa kita menangkan, pertempuran di medan makan siang. Maaf tak ngajak, ya! (*)

#camanewak