HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Jejak Komandan A.Yudi

April 20, 2025 07:07
IMG-20250420-WA0018

Oleh M. Taufik
Alumnus SMP Negeri Bangil

HATIPENA.COM – Komandan A. Yudi, alumnus kelas 3C SMP Negeri Bangil tahun 1983 dan IPA 1 SMA Negeri Bangil tahun 1986, dikenal sebagai sosok disiplin yang membaktikan hidupnya di dunia transportasi. Dari awal karier hingga menjelang masa pensiunnya, jejaknya membentang panjang, meninggalkan bekas yang kuat di berbagai penjuru negeri.

Jauh sebelum menjabat sebagai petinggi di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun, A. Yudi sudah malang melintang di Dinas Perhubungan Darat. Di Jakarta, ia mengurus hal-hal vital seperti jalan raya, jembatan, trayek bus, dan pengaturan perlintasan kereta api. Program-programnya yang visioner berhasil meredam kemacetan, memperlancar arus, dan memperbaiki sistem transportasi publik. Program itu memantik pujian: warga senang, beban jalan agak terurai.

Di sela kesibukannya di Dinas Perhubungan Darat, Yudi punya hobi di bidang pertanian. Halaman rumahnya dipenuhi aneka budidaya tanaman—mulai dari sayuran organik, rempah-rempah, hingga bunga-bungaan eksotis. Setiap pagi, ia menyusuri kebunnya, menyulam harapan lewat tiap helai daun, merawat benih hingga tumbuh subur, lalu memanen hasil bumi sebagai bentuk syukur dan terapi jiwa.

Kesadaran menjaga kelestarian alam juga ia tanamkan dalam setiap langkahnya, berlandaskan ajaran Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan tidak ada sesuatu pun yang bergerak di bumi ini melainkan dengan seizin Allah…” (QS. Al-Hijr [15]: 18).

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini mengajarkan bahwa semua makhluk ciptaan Allah memiliki hak untuk hidup sejahtera; manusia sebagai khalifah di bumi dituntut memelihara dan melestarikan alam, bukan mengeksploitasinya. Al-Qurtubi menegaskan bahwa konsep khilafah menempatkan manusia sebagai pengelola amanah, berkewajiban menjaga ekosistem agar generasi mendatang dapat menikmati nikmat-Nya secara berkelanjutan.

Sempat pula ia ditugaskan di Sulawesi, menangani medan yang jauh berbeda: jalanan berliku, topografi ekstrem, dan aksesibilitas terbatas. Tapi semangatnya tak pernah surut. “Ini bukan sekadar pekerjaan,” katanya pada satu rapat staf. “Ini ladang pengabdian.”

Kini, di penghujung masa dinas, Yudi diberi amanah terakhir sebagai petinggi di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun. Sebuah penutup karier yang manis. Ia tak sekadar menjadi administrator, tetapi pembimbing generasi penerus. Ia ingin para taruna tak hanya jadi teknisi andal, tetapi juga manusia yang punya integritas, cinta tanah air, dan cinta lingkungan.

Di ruang kerjanya yang sederhana tapi penuh makna, terpajang foto-foto tua: jembatan yang dulu ia awasi pembangunannya, bus yang dulu trayeknya ia tata, dan tentu saja, barisan taruna berjaket biru tua—harapan bangsa yang kini ia bina.

“Bukan pangkat yang paling penting,” ujarnya saat wisuda taruna. “Tapi sejauh mana kita mengubah wajah Indonesia lewat karya.”

Begitulah A. Yudi. Dari Bangil, menuju Jakarta, Sulawesi, hingga Madiun. Dari jalanan penuh debu hingga taman hijau yang ia rawat sendiri. Cerita tentang kesetiaan, kerja keras, dan cinta yang menyejukkan, bukan hanya untuk manusia, tapi juga untuk bumi tempat kita berpijak. (*)

#menulis40cerpen Cerpen ke 38