HATIPENA.COM – Secara global, dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah digunakan dalam dunia jurnalisme dan media massa. Di Indonesia, Kompas dan Detik misalnya, telah mengembangkan sistem AI untuk membantu menyusun draf berita berbasis data yang masuk secara real-time.
Startup media berbasis teknologi seperti Noice dan IDN Media juga telah mengadopsi AI dalam proses kurasi konten dan personalisasi bagi pembaca.
Namun, seiring pesatnya penggunaan AI dalam media massa, muncul pertanyaan besar: apakah AI benar-benar menjadi peluang yang mendemokratisasi informasi, atau justru mengancam integritas jurnalisme dan peluang kerja para jurnalis?
Laporan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta tahun 2024, menyebut makin banyak redaksi mengandalkan AI untuk menghasilkan berita cepat. Salah satu risiko yang muncul adalah penyebaran hoaks dan bias algoritma, karena AI cenderung mengutamakan kecepatan dan popularitas dibanding verifikasi fakta.
Di sisi lain, Litbang Kominfo mencatat 68 persen pembaca digital di Indonesia merasa lebih cepat mendapatkan informasi karena adanya fitur AI di media online, namun 42 persen di antaranya mengaku ragu akan keakuratan konten tersebut.
Lantas bagaimana menjaga etika dan kualitas jurnalisme? Apakah AI akan menjadi mitra kerja para jurnalis atau malah menggantikan mereka sepenuhnya?
Ikuti Webinar #KEAI 14
Kamis, 10 April 2025
Pukul 19.00-20.30 WIB
Narasumber: Tri Suharman (Praktisi Media)
Host: Elza Peldi Taher & Mila Muzakkar